BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kecemasan merupakan hal yang terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadap stres kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan
dapat dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan)
rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa
adanya kesulitan yang berarti. Dan yang merupakan suatu penyakit jiwa yang
serius yang dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam menjalani hidup
normalnya karena perasaan khawatir dan takut yang berlebihan itulah yang
disebut dengan gangguan kecemasan.
Menurut data National
Institute of Mental Health ( 2005 ) di Amerika Serikat terdapat 40 juta
orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Pada
abad 19, kecemasan dianggap sebagai bentuk dari kerusakan atau gangguan dari
pernafasan, dan Sigmund freud mengidentifikasi kecemasan sebagai bentuk
neurosis. Freud meyakini kemunculan rasa cemas diakibatka dari sifat instinktif
atau dorongan seksual pada individu yang tidak tersalurkan secara tepat.
Akibatnya, kecemasan itu timbul sebagai bentuk dari pertahanan diri untuk merepresi
dorongan-dorongan tersebut.
Ada beberapa jenis atau kategori yang termasuk dalam gangguan
kecemasan, yaitu antara lain gangguan cemas, gangguan panik, gangguan
obsesif-kompulsif, dan gangguan stres pasca-trauma.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa devinisi pengertian dari gangguan kecemasan?
2.
Apa jenis atau kategori yang termasuk gangguan kecemasan?
3.
Bagaimana gejala yang terjadi pada gangguan kecemasan?
4.
Apa penyebab gangguan kecemasan?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian gangguan kecemasan.
2.
Mengetahui jenis atau kategori yang termasuk dalam gangguan
kecemasan.
3.
Mengetahui bagaimana gejala yang tetrjadi pada gangguan kecemasan.
4.
Mengetahui apa penyebab dari ganngguan kecemasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN GANGGUAN KECEMASAN
Kecemasan adalah emosi yang dialami setiap orang pada waktu
tertentu. Banyak orang merasa cemas, atau gugup ketika mereka menghadapi
masalah ditempat kerja, sebelum menempuh ujian, atau membuat keputuan penting. Namun
kecemasan tersebut berbeda dengan gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan dapat
mengganggu kemampuan seseorang dalam menjalani hidup normal.
Jadi, gangguan kecemasan yaitu
penyakit jiwa yang serius karena penderitanya merasakan kekhawatiran dan
ketakutan hebat dan terus menerus sehingga dapat melumpuhkan kegiatan normal
mereka. Dan gangguan kecemasan merupakan
sekelompok gangguan dimana kecemasan merupakan gejala utama atau dialami jika
seseorang berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentu. Gangguan
kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi
perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan dapat mengidap 1 dari 10 orang.
Menurut data National Institute of Mental Health ( 2005 ) di
Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia
18 tahun sampai pada usia lanjut.
2.2
JENIS ATAU KATEGORI GANGGUAN KECEMASAN
Terdapat beberapa jenis atau kategori yang termasuk dalam gangguan
kecemasan, antara lain :
a.
Gangguan Cemas Menyeluruh ( Umum )
Yaitu kekhawatiran dan
ketegangan yang berlebih dan tidak realistis, walaupun tidak ada atau
hanya sedikit yang memprovokasi kecemasan tersebut. Seseorang yang menderita
gangguan kecemasan umum hidup setiap hari dalam ketegangan yang tinggi. Selain
itu, individu terus-menerus merasa takut akan kemungkinan masalah dan mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga mengalami
serangan panik-episode ketakutan yang berat dan mendadak atau teror.
b.
Gangguan Panik
Gangguan panik adalah kecemasan yang sangat kuat dan berlangsung
dalam jangka waktu yang singkat. Kecemasan ini timbul dan segera hilang dan
biasanya berlangsung hanya dalam beberapa menit, dan terjadinya tidak dapat
diprediksikan. (Yustinus Semiun, 2006: 331)
Orang dengan kondisi ini merasakan ancaman yang muncul tiba-tiba
dan berulang-ulang. Gejala lainnya yaitu ketika kita berkeringat, nyeri pada
dada, palpitasi (denyut jantung tidak teratur), dan perasaan tersedak, yang
dapat membuat seseorang merasa seperti mengalami serangan jantung atau
berperilaku seperti orang yang tidak waras.
c.
Gangguan Phobia
Orang yang
berespons dengan ketakutan yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang
oleh sebagian besar orang tidak dianggap berbahaya itu dikatakan menderita
phobia. Individu biasanya menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional
tetapi masih merasa cemas (mulai dari kekhawatiran yang kuat sampai panik) yang
dapat diihilangkan hanya dengan menyadari objek atau situasi yang ditakutinya.
Banyak dari
kita memiliki satu atau dua kekuatan yang irasional-ular,serangga, dan
ketinggian adalah yang paling umum. Tetapi, ketakutan biasanya tidak
didiagnosis sebagai gangguan fobik kecuali mengganggu kehidupan sehari-hari.
Contoh gangguan fobik adalah seorang wanita yang merasa takut berada ditempat
tertutup yang menyebabkannya tidak dapat masuk ke elevator atau seoranng pria
yang merasa takut ditempat ramai yang menyebabkannya tidak dapat menonton bioskop
atau berjalan dijalan yang ramai.
DSM-IV membagi
gangguan fobik menjadi tiga kategori luas, yaitu :
1.
Fobia Spesifik (terisolasi)
Adalah rasa takut terhadap objek, hewan, atau situasi tertentu.
Rasa takut irasional terhadap ular, kuman, tempat tertutup, dan kegelapan
adalah contohnya.
2.
Fobia Sosial
Orang dengan
fobia sosial mungkin merasa sangat tidak pasti dalam situasi sosial dan
mengalami ketakutan yang berat yang memalukan dirinya. Seringkali mereka merasa
takut bahwa mereka akan dipermalukan oleh kecemasan oleh tanda seperti tremor
tangan, kemerahan, atau suara yang gemetaran. Rasa takut tersebut pada umumnya
tidak realistik : individu yang merasa takut mungkin gemetar atau tidak; orang
yang takut mungkin gagp atau malahan berbicara sangat normal. Rasa takut
berbicara didepan publik atau makan ditempat ramai adalah keluhan yang paling
umum dari penderita fobik sosial.
3.
Agorafobia
Agorafobia
adalah fobia yang paling umum pada orang yang
mencari bantuan profesional. Gangguan ini juga yang paling mengganggu.
Kata ini merupakan bahasa Yunani untuk “rasa takut ditempat umum”. Individu
yang menderita agorafobia merasa takut saat memasuki lingkungan yang tidak
dikenalnya. Mereka menghindari tempat terbuka, keramaian, dan berpergian. Pada
kasus yang ekstrem, individu mungkin takut meninggalkan lingkungan rumah yang
telat dikenalnya. Peristiwa berikut dalam kehidupan seorang wanita yang
menderita agorafobia
d.
Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Obsesif yaitu gejala gangguan jiwa, dimana si sakit dikuasai oleh
suatu pikiran yang tidak bisa dihindarinya. Misalkan seorang gadis yang merasa
bahwa ia akan sengsara saja. Apabila dia sedang menimba air, maka ia akan
merasa jatuh kedalam sumur tersebut. Dan ia akan merasa pula bahwa hidupnya
akan selalu diliputi kesusahan.
Sedangkan kompulsif ialah gangguan jiwa yang menyebabkan orang
terpaksa melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tidak. Apabila tindakan itu
tidak di lakukannya, maka si penderita akan merasa gelisah dan cemas.
Kegelisahan atau kecemasan itu baru akan hilang apabila tindakan itu telah di
lakukannya.
Jadi, orang dengan OCD terganggu oleh pikiran atau ketakutan
terus-menerus yang menyebabkan mereka melakukan ritual atau ruitnitas tertentu.
Pikiran yang mengganggu itu disebut obsesi, sedangkan ritual atau rutinitas
yang dilakukanya itu disebut kompulsi.
Berdasarkan keterangan diatas, maka gangguan obsesif-kompulsif
yaitu gangguan yang berhubungan dengan gangguan panik karena keduanya saling
melibatkan kecemasan yang berat. Contohnya adalah orang yang memiliki rasa
takut yag tidak logis terhadap kuman sehingga dia terus-menerus mencuci
tangannya.
e.
Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Yaitu suatu kondisi yang dapat muncul setelah peristiwa traumatis
dan / atau menakutkan, seperti kekerasan seksual atau fisik, kematian secara
tiba-tiba dari orang yang dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering
mempunyai pemikiran dan ingatan yang menetap dari kejadian menakutkan tersebut
dan emosionalnya cenderung tidak stabil.
Simtom utama
dari gangguan ini adalah mengalami lagi suatu peristiwa traumatis. Peristiwa
traumatis yang mempercepat gangguan ini adalah sesuatu yang luar biasa,
misalnya adanya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, atau bencana-bencana
aksidental seperti terjadinya kecelakaan, dan kebakaran. Atau adanya bencana
yang terjadi dengan sengaja, seperti perang, penyiksaan, dan perkosaan.
Disamping
mengalami kembali, kadang-kadang dalam gangguan stres pasca trauma ini terjadi
juga kelumpuhan kemampuan untuk merespon, atau keterlibatan dengan dunia luar
berkurang. Kelumpuhan psikis kelihatan dengan berkurangnya minat terhadap
kegiatan-kegiatan yang biasa, perasaan-perasaan terpisah dari orang-orang lain,
dan respons-respons emosional menjadi tumpul apabila individu tidak mengalami
lagi pengalaman traumatis tersebut. (Yustinus Semiun, 2006: 332)
2.3
GEJALA GANGGUAN KECEMASAN
Gejalanya yaitu bervariasi dan tergantung dari jenis gangguan
kecemasannya.
a.
Gejala Gangguan Cemas Menyeluruh
-
Individu terus-menerus merasa takut akan kemungkinan masalah dan
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
-
Individu tidak mampu merasa santai
-
Mengalami gangguan saat tidur, sesak napas, mual, dan bahkan bisa
sampai pingsan
-
Mengalami kelelahan, berkeringat, dan tremor otot
-
Mengalami nyeri pada kepala
-
Jantung terasa sangat berdebar-debar
b.
Gejala Gangguan Panik (Yustinus
Semiun, 2006: 331)
-
Jantung berdenyut dengan cepat
-
Sakit pada dada
-
Penuh dengan sensasi-sensasi
-
Pernafasan pendek
-
Merasa pusing
-
Sering berkhayal
-
Tangan dan kaki sering terasa perih
-
Mudah merasa panas dan dingin pada badan
-
Berkeringat
-
Mudah pingsan dan bergemetar
c.
Gejala Gangguan Obsesif-Kompulsif (Zakiah daradjat, 1975: 47)
-
Paksaan mengulangi pekerjaan (repetitive compulsive)
-
Paksaan mengikuti urutan-urutan tertentu (serial compulsives)
-
Paksaan atas aturan-aturan tertentu (compulsive orderlinese)
-
Compulsive magic
-
Anti social compulsive
d.
Gejala Gangguan Stres Pasca Trauma (Yustinus Semiun, 2006: 332)
-
Mengalami lagi suatu peristiwa yang dianggapnya menyakitkan
-
Mengalami gangguan-gangguan tidur
-
Sulit untuk berkonsentrasi
-
Merasa bersalah karena hidup terus sedangkan orang lain tidak
-
Adanya perasaan-perasaan terpisah dari orang yang dia cintai
e.
Gejala Gangguan Phobia (Rita
At Kinson, 2010: 415)
-
Individu biasannya menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional
tetapi masih merasa cemas
-
Penderita agorafobia biasanya memiliki serangan panik
-
Penderita agorafobia takut terhadap tempat terbuka
Namun biasanya ada gejala-gejala umum sebagai berikut :
·
Perasaan panik, ketakutan, dan kegelisahan
·
Pikiran obsesif yang tidak terkendali
·
Berulang kali mengingat atau kilas balik pengalaman traumatis
·
Mimpi buruk
·
Perilaku ritual, seperti mencuci tangan berulang-ulang kali
·
Memiliki masalah dalam tidur
·
Tangan dan / atau kaki dingin atau berkeringat
·
Sesak napas
·
Ketidakmampuan untuk diam dan bersikap tenang
·
Mulut kering
·
Baal atau kesemutan di tangan atau kaki
·
Mual
·
Otot tegang
·
Pusing
2.4
PENYEBAB GANGGUAN KECEMASAN
Penyebab pasti gangguan kecemasan belum diketahui. Gangguan
kecemasan sama halnya seperti betuk penyakit jiwa lain, bukanlah akibat
kepribadian yang lemah, cacat karakter, atau pendidikan yang buruk. Seiring
penelitian dalam bidang penyakit jiwa, maka menjadi jelas bahwa banyak gangguan
ini disebabkan oleh kombinasi faktor. Misalnya seperti perubahan dalam otak karena
adanya tekanan pada lingkungan.
Maka gangguan kecemasan sebagian besar sering muncul karena dari
diri kita sendiri yang merasa cemas dan tegang jika menghadapi situasi yang
mengancam stres.
2.5
CARA PENGENDALIAN GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan kecemasan tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa langkah
yang dapat Anda lakukan untuk mengendalikan atau mengurangi gejala, yaitu :
1.
Berhenti atau mengurangi konsumsi produk yang mengandung kafein,
seperti kopi, teh, cola, minuman energi, dan cokelat
2.
Konsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum mengkonsumsi obat
yang dijual bebas atau obat herbal.
3.
Mencari konseling dan dukungan pakar bila Anda mengalami
kejadian traumatis atau mengganggu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gangguan kecemasan yaitu penyakit jiwa yang serius karena
penderitanya merasakan kekhawatiran dan ketakutan hebat dan terus menerus
sehingga dapat melumpuhkan kegiatan normal mereka. Terdapat beberapa jenis
gangguan kecemasan, yaitu gangguan cemas menyeluruh (umum), gangguan panik,
gangguan phobia, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan stress pasca
trauma (PTSD).
Gejala gangguan
kecemasan bervariasi dan tergantung dari jenis gangguan kecemasannya. Namun
terdapat gejala-gejala yang umum dialami penderita yaitu perasaan panik,
ketakutan, dan kegelisahan, pikiran obsesif yang tidak terkendali, berulang
kali mengingat atau kilas balik pengalaman traumatis, mimpi buruk, perilaku
ritual, seperti mencuci tangan berulang-ulang kali, memiliki masalah dalam tidur,
tangan dan / atau kaki dingin atau berkeringat, sesak napas, ketidakmampuan
untuk diam dan bersikap tenang, mulut kering, baal atau kesemutan di tangan
atau kaki, mual, otot tegang, dan pusing.
Penyebab gangguan kecemasan yaitu oleh kombinasi faktor, misalnya seperti perubahan dalam otak karena
adanya tekanan pada lingkungan. Maka gangguan kecemasan sebagian besar sering
muncul karena dari diri kita sendiri yang merasa cemas dan tegang jika
menghadapi situasi yang mengancam stres.
Ada beberapa
langkah untuk mengendalikan atau mengurangi gejala kecemasan ini, antara lain
dengan berhenti atau mengurangi konsumsi produk yang mengandung kafein, konsultasi
terlebih dahulu kepada dokter sebelum mengkonsumsi obat yang dijual bebas atau obat
herbal, mencari konseling dan dukungan pakar bila Anda mengalami kejadian traumatis atau mengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Semiun,
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Daradjat,
Zakiah. 1975. Kesehatan Mental. Jakarta: P.T. Gunung Agung
Alloy, Lauren B
dkk. 1996. Abnormal Psychology. Amerika: Mc Graw-Hill, INC
At Kinson, Rita
L dkk. 2010. Pengantar Psikologi. Tangerang: Interaksara
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete