Tuesday, December 8, 2015

Penerapan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini dengan Belajar Sambil Bercerita Berdasarkan Teori Belajar Pavlow

Makalah Psikologi Belajar
“Penerapan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
dengan Belajar Sambil Bercerita
Berdasarkan Teori Belajar Pavlow”



Di susun oleh :
1.      Aziz Juniawan                                                 (1407010017)
2.      Dinar fauziyah                                                 (1407010020)
3.      Nur Yulita Saputri                                          (1407010021)
4.      Khaleda Nilla Satwika                                    (1407010022)
5.      Andari Setianingtyas                                      (1407010033)
6.      Siti Faojiyah                                                    (1407010035)
7.      Rosyid Ahmad Faruq                                     (1407010038)
8.      Yunita Arum Mulyani                                    (1407010044)
9.      Meliana Ratna Sari                                         (1407010014)



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
NOVEMBER 2015
PENDAHULUAN

Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori belajar yang pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Teori belajar merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku yang diharapkan.Teori belajar yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme dan teori belajar pemrosesan informasi. Teori belajar konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan lama itu tidak lagi sesuai.Teori belajar pemrosesan informasi merupakan teori yang menitik beratkan tentang bagaimana informasi yang di dapat tersebut dapat diolah oleh siswa dengan pemahamannya sendiri. Pemanfaatan lingkungan sebebas-bebasnya untuk pencapaian tujuan belajar haruslah diberikan pada siswa, sehingga kreatifitas siswa lebih tampak.

PEMBAHASAN

A.    Inti teori
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.

B.     Proses Eksperimen
Eksperimen Pavlov :
 
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1.      Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2.      Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3.      Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4.      Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.


C.     Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran untuk anak usia dini berdasarkan teori belajar menurut Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1.      Mementingkan pengaruh lingkungan
Dalam pembelajaran untuk anak usia dini, guru memberikan materi yang dapat merefres otak anak, hal ini dapat di lakukan seperti guru yang menyampaikan materi dengan cerita dan dapat di lakukan dengan mengajak anak keliling lingkungan sekitarnya dengan menunjukan sebuah benda atau memberikan cerita tentang alam tersebut. Karena dengan bercerita akan lebih dapat mengingatnya dan pengaruh lingkungan tersebut dapat membekas dalam ingatan anak sebagai pengalaman baru.
2.      Mementingkan bagian-bagian
Dalam pembelajaran bagi anak usia dini, guru harus mementingkan bagian-bagian aspek dari ilmu yang akan di ajarakan dan di terapkan agar anak bisa dan menerima materi dengan baik. Aspek tersebut seperti anak di ajarkan untuk menulis, mengingat kembali akan memori yang sudah anak dapatkan. Oleh karena itu pembelajaran menggunakan cerita perlu di lakukan oleh guru. Setelah guru memberikan cerita, anak di minta untuk menulis atas pengalaman yang tersimpan dalam memorinya tersebut.
3.      Mementingkan peranan reaksi
Guru dalam membimbing muridnya harus mementingkan perasaan reaksi, jika reaksi dari anak tidak terlalu menyukai hal yang di sampaikan guru, maka guru harus tau dan bisa mengganti dengan metode yang lain. Dan kebanyakan dari anak menyukai cerita, sehingga pembelajaran akan mudah di terima oleh anak jika disertai dengan cerita
4.      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
Hasil dari perkembangan pembelajaran dari hasil kurikurum yang harus di terapkan kepada anak usia dini dan akan menghasilkan perkembangan pembelajaran dengan baik. Ketika anak mendapatkan stimulus berupa rasa senang dan menikmati cerita dari tiap gurunya. maka anak dapat meresponnya dengan perilakunya, hal tersebut di buktikan dengan anak yang dapat belajar dengan baik, seperti anak akan terbiasa mendengarkan orang lain. Selain itu juga guru yang mengajarkan untuk mempraktekan langsung dapat memberikan respon positif pada anak untuk mengasah skillnya.
5.      Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
Pada usia dini sebelum sekolah .biasanya orang tua sedikit-demi sedikit telah mengajarkan anak membaca huruf dan menulis angka, guru mampu mementingkan kemampuan siswa dengan teliti sehingga guru mampu melihat kekurangan dan kelebihan dari diri individu. Dengan stimulus yang sering anak terima berupa cerita dan pengalamannya langsung sehingga membuat anak terbiasa dan meningkatkan serta mengasah daya ingat anak itu sendiri.
6.      Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
Kebisaan biasanya sudah muncul sebelum memasuki sekolah, seperti kebiasaan menyanyi, menggambar, kebiasaan membaca dongeng. Setiap pembelajaran orang tua wajib mengulang latihan atau materi yang telah di sampaikan di sekolahan agar  latihan dan pengulangan bisa menghasilkan hasil yang maksimal.
7.      Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Setiap guru akan memberikan pembelajaran, latihan dan ilmu yang akan menghasilkan perilaku yang di inginkan, semua itu tidak lepas dari bimbingan orangtua dan guru.
Guru yang menganut pandangan pembelajaran di masa lalu dan pada masa sekarang merupakan segenap tingkah laku yang bereaksi terhadap lingkungan mereka yang merupakan hasil belajar. Teori ini menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.

PENUTUP

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar. (Online),
Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.