Makalah Psikologi
Belajar
“Penerapan Pembelajaran
Pada Anak Usia Dini
dengan Belajar Sambil
Bercerita
Berdasarkan Teori
Belajar Pavlow”
Di
susun oleh :
1. Aziz Juniawan (1407010017)
2. Dinar fauziyah (1407010020)
3. Nur Yulita Saputri (1407010021)
4. Khaleda Nilla Satwika (1407010022)
5. Andari Setianingtyas (1407010033)
6. Siti Faojiyah (1407010035)
7. Rosyid Ahmad Faruq (1407010038)
8. Yunita Arum Mulyani (1407010044)
9. Meliana Ratna Sari (1407010014)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
NOVEMBER
2015
PENDAHULUAN
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses
belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat
didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam
merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori
belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori belajar yang
pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah
proses pembelajaran. Teori belajar merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang
pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku
yang diharapkan.Teori belajar
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran adalah teori belajar
konstruktivisme dan teori belajar pemrosesan informasi.
Teori belajar
konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan lama itu tidak
lagi sesuai.Teori belajar pemrosesan informasi merupakan teori yang
menitik
beratkan tentang bagaimana informasi yang di dapat tersebut dapat diolah oleh siswa dengan pemahamannya
sendiri.
Pemanfaatan lingkungan
sebebas-bebasnya untuk pencapaian tujuan belajar haruslah diberikan pada siswa,
sehingga kreatifitas siswa lebih tampak.
PEMBAHASAN
A. Inti teori
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang
behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons
dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus
netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons).
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang
dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang
paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan
mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari
asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
B. Proses Eksperimen
Eksperimen Pavlov :
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom
anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk
perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan
mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya
(gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus
berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah
hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental
dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1.
Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa
lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik.
Contoh: makanan
2.
Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa
lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi
(UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan
stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3.
Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang
ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4.
Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan
muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat
penggabungan bunyi bel dengan makanan.
C.
Aplikasi Teori Belajar
Pavlov dalam Pembelajran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran untuk anak
usia dini berdasarkan teori belajar menurut Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya
yaitu:
1.
Mementingkan pengaruh lingkungan
Dalam pembelajaran untuk
anak usia dini, guru memberikan materi yang dapat merefres otak anak, hal ini
dapat di lakukan seperti guru yang menyampaikan materi dengan cerita dan dapat
di lakukan dengan mengajak anak keliling lingkungan sekitarnya dengan
menunjukan sebuah benda atau memberikan cerita tentang alam tersebut. Karena
dengan bercerita akan lebih dapat mengingatnya dan pengaruh lingkungan tersebut
dapat membekas dalam ingatan anak sebagai pengalaman baru.
2.
Mementingkan bagian-bagian
Dalam pembelajaran bagi
anak usia dini, guru harus mementingkan bagian-bagian aspek dari ilmu yang akan
di ajarakan dan di terapkan agar anak bisa dan menerima materi dengan baik.
Aspek tersebut seperti anak di ajarkan untuk menulis, mengingat kembali akan
memori yang sudah anak dapatkan. Oleh karena itu pembelajaran menggunakan
cerita perlu di lakukan oleh guru. Setelah guru memberikan cerita, anak di
minta untuk menulis atas pengalaman yang tersimpan dalam memorinya tersebut.
3.
Mementingkan peranan reaksi
Guru dalam membimbing
muridnya harus mementingkan perasaan reaksi, jika reaksi dari anak tidak
terlalu menyukai hal yang di sampaikan guru, maka guru harus tau dan bisa
mengganti dengan metode yang lain. Dan kebanyakan dari anak menyukai cerita,
sehingga pembelajaran akan mudah di terima oleh anak jika disertai dengan
cerita
4.
Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur stimulus respon.
Hasil dari perkembangan
pembelajaran dari hasil kurikurum yang harus di terapkan kepada anak usia dini
dan akan menghasilkan perkembangan pembelajaran dengan baik. Ketika anak
mendapatkan stimulus berupa rasa senang dan menikmati cerita dari tiap gurunya.
maka anak dapat meresponnya dengan perilakunya, hal tersebut di buktikan dengan
anak yang dapat belajar dengan baik, seperti anak akan terbiasa mendengarkan
orang lain. Selain itu juga guru yang mengajarkan untuk mempraktekan langsung
dapat memberikan respon positif pada anak untuk mengasah skillnya.
5.
Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya
Pada usia dini sebelum
sekolah .biasanya orang tua sedikit-demi sedikit telah mengajarkan anak membaca
huruf dan menulis angka, guru mampu mementingkan kemampuan siswa dengan teliti
sehingga guru mampu melihat kekurangan dan kelebihan dari diri individu. Dengan
stimulus yang sering anak terima berupa cerita dan pengalamannya langsung
sehingga membuat anak terbiasa dan meningkatkan serta mengasah daya ingat anak
itu sendiri.
6.
Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan
dan pengulangan
Kebisaan biasanya sudah
muncul sebelum memasuki sekolah, seperti kebiasaan menyanyi, menggambar,
kebiasaan membaca dongeng. Setiap pembelajaran orang tua wajib mengulang
latihan atau materi yang telah di sampaikan di sekolahan agar latihan dan pengulangan bisa menghasilkan
hasil yang maksimal.
7.
Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya
perilaku yang diinginkan.
Setiap guru akan memberikan
pembelajaran, latihan dan ilmu yang akan menghasilkan perilaku yang di
inginkan, semua itu tidak lepas dari bimbingan orangtua dan guru.
Guru
yang menganut pandangan pembelajaran di
masa lalu dan pada masa sekarang merupakan segenap tingkah laku yang bereaksi
terhadap lingkungan mereka yang merupakan
hasil belajar. Teori ini menganalisis
kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan
(reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
PENUTUP
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam
suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelemahan dari teori conditioning ini
adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab
otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan
latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa
dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih
dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini
memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori
ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam
belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai
pembiasaan pada anak-anak kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudrajat,
Akhmad. 2008. Teori-Teori
Belajar. (Online),
Davies,
Ivon K. 1987. Pengelolaan
Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
0 komentar:
Post a Comment