Bagaimana kira-kira pola pikir ini
dianalisis?
Ternyata, apa yang disebut Abduktif tidak jauh berbeda dengan dua pola pikir yang telah disebutkan. Kalau kita bandingkan secara langsung antara Deduktif, Induktif, dan Abduktif, maka kita cuma melihat perbedaan yang tipis saja dan hanya bertukar posisi untuk pernyataan-pernyataannya. Berikut adalah contoh perbandingannya.
Deduksi:
(1.1) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
(1.2) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
-----------------------------------------------------------------
(1.3) Buncis ini (adalah) putih
Induksi:
(2.1) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
(2.2) Buncis ini (adalah) putih
-----------------------------------------------------------------
(2.3) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
Abduksi
(3.1) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
(3.2) Buncis ini (adalah) putih
-----------------------------------------------------------------
(3.3) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
catatan:
*) kata (adalah) ini digunakan untuk menerjemahkan kata 'is'.
**) Selengkapnya, lihat dalam Umberto Eco, 1979, A Theory of Semiotics, Indiana University Press, Bloomington, hal. 131-3.
Bila Anda perhatikan dengan baik, ternyata pola Deduksi, Induksi, maupun Abduksi menggunakan tiga pernyataan yang sama. Ini menunjukkan bahwa antara tiga pola pikir ini terdapat hubungan yang saling melengkapi.
Ternyata, apa yang disebut Abduktif tidak jauh berbeda dengan dua pola pikir yang telah disebutkan. Kalau kita bandingkan secara langsung antara Deduktif, Induktif, dan Abduktif, maka kita cuma melihat perbedaan yang tipis saja dan hanya bertukar posisi untuk pernyataan-pernyataannya. Berikut adalah contoh perbandingannya.
Deduksi:
(1.1) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
(1.2) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
-----------------------------------------------------------------
(1.3) Buncis ini (adalah) putih
Induksi:
(2.1) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
(2.2) Buncis ini (adalah) putih
-----------------------------------------------------------------
(2.3) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
Abduksi
(3.1) Semua buncis yang berasal dari kantong itu (adalah) putih
(3.2) Buncis ini (adalah) putih
-----------------------------------------------------------------
(3.3) Buncis ini (adalah) berasal dari kantong itu
catatan:
*) kata (adalah) ini digunakan untuk menerjemahkan kata 'is'.
**) Selengkapnya, lihat dalam Umberto Eco, 1979, A Theory of Semiotics, Indiana University Press, Bloomington, hal. 131-3.
Bila Anda perhatikan dengan baik, ternyata pola Deduksi, Induksi, maupun Abduksi menggunakan tiga pernyataan yang sama. Ini menunjukkan bahwa antara tiga pola pikir ini terdapat hubungan yang saling melengkapi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Popkrin dan Stroll
menguraikan lebih dahulu perbedaan – perbedaan antara etika metafisika lalu
masuk logika sebagai bagian dari pada filsafat. Bila seorang memikirkan
persoalan tingkah laku , maka ia akan masuk filsafat dalam bidang fisika,tetapi
jika memperhatikan tentang cara berpikir itu sendiri maka yang dimasukinya
adalah dunia filsafat dalam bidang logika.
Logika merupakan
suatu percobaan pada pertanyaan – pertanyaan. Apakah yang dimaksud dengan
pendapayt yang benar?. Apakah metode yang digunakan untuk meneliti
kekeliruan pendapat?
Memperhatikan
pendapat tersebut popkin dan stroll berkesimpulan bahwa logika merupakan salah
satu cabang filsafat yang renting, semua atau cabang filsafat yang tak dapat
lepas dari pada penggunaan pikiran atau cara berpikir : apakah pikiran itu
benar atau keliruakan tergantung pada azaz – azaz logika.disitulah letak logis
diperlukan sebagai dasar penggunaan pikiran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah peran logika dalam filsafat?
2. Apa perbedaan antara logika deduktif dan logika
induktip?
3. Apa yang dimaksud dengan penalaran
BAB II
PEMBAHASAN
Logika adalah
sarana untuk berpikir sistematis ,valid dan dapat dipertanggungjawabkan karena
itu , berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
1. Aturan cara berpikir yang benar
Kondisi adalah
hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud , dapat terlaksana. Untuk
berpikir baik , benar,logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu
:
a. Mencintai
kebenaran
Sikap ini sangat
pundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan si
pemikir untuk mencari,mengusut , meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya.
Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh – ruh yang akan
menyelewengkannya dari yang benar. Minsalnya menyederhanakan
kenyataan,menyempitkan cakrawala/ perspektif, berpikir
terkotak-kotak,memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.
b. Ketahuilah
dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang
sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita
adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan
diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.
c. Ketahuilah
dengan sadar apa yang sedang anda katakan
Pikiran
diungkapkan kedalam kata-kata.kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata,karenanya
kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh
ditawar lagi.
d. Buatlah
distingsi (pembeda) dan pembagian(klasifikasi) yang semestinya
Jika ada dua hal
yang tidak memiliki bentuk yang sama , hal itu jelas berbeda .tetapi banyak
kejadian di mana dua hal atau lebih menpunyai bentuk sama,namun tidak identik.
Disinilah perlunya membuat distingsi ,suatu berbedaan.
e. Cintailah
difinisi yang tepat
Penggunaan bahasa
sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di
ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Difinisi
harus diburu hingga tertangkap .Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas
batas-batas sesuatu.
f. Ketahuilah
dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu
Ketahuilah mengapa
anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi –
asumsi.imflikasi-imflikasi,dan dan konsekkuensi-konsekuensi dari suatu
penuturan. Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.
g. Hindarilah
kesalahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,serta sangguplah mengenali
jenis,macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran(penalaran).
Menurut irving
yang dimaksud dengan logika ialah suatu studi sistematis mengenai metode dan
dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar
dengan pendapat yang keliru. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan
nyata yang terjadi antara premis dan konklus di dalam suatu argumentasi jalan
dengan premis atau tercantum di dalam premis maka pendapat adalah benar.
Bila suatu premis
dianggap benar,tidak meragukan dan bersifat demonstratip sebagai dasar konklusi
yang benar, pendapat demikian disebut logika deduktif.logika deduktif erat
kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut popkrin
dan stroll, logika deduktif adalah hubungan dengan usaha untuk menetapkan suatu
pendapat yang tidak diragukan..minsalnya: pada dasarnya semua manusia akan
mati, maka kita sebagai manusiapun akan mati juga dan kebalikan dari deduktif
adalah logika induktif. Logika induktif adalah suatu kesimpulan yang diambil
dari hal-hal yang khusus dan diarahkan pada masalah yang umum, minsalnya ; saya
pasti akan mati sebab semua manusia harus mati.
Dalam hubungan itu
popkrin dan stroll menjelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut.
- Semua orang amerika adalah manusia
- Semua manusia harus mati
Metode yang
digunakan pada contoh diatas disebut pendapat deduktif , mungkinada yang
meragukan kebenarannya itu”semua manusia hrus mati” maka untuk membenarkan
kalimat “ semua orang amerika harus mati, untuk menentukan kebenarannya harus
menggunakan jalan lain yaitu .
- Semua orang amerika yang lahir pada
tahun 1830 telah mati
- Orang-orang amerika akan mati.
Kebenaran kalimat
(1) dan (2) merupakan suatu kemungkinan,bahwa kalimat tersebut benar atau
keliru, penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara
sistematis yang mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamental.
Penalaran deduktif
adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya penalaran induktif . penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan
silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan,
minsalnya :
- semua mahluk mempunyai mata ( premis 1
)
- si pulan adalah seorang mahluk (
premis 2 )
- jadi si pulan mempunyai mata ( premis
3 )
Kesimpulan yang
diambil bahwa si pulan mempunyai mata adalah sah, sebab kesimpulan ditarik
secara logis dari kedua premis yang mendukung, ketetapan penarikan kesimpulan
tergantung dari 3 hal yaitu, kebenaran premis mayor, dan premis minor serta
keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu unsur tersebut
persyaratan tidak memenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah maka logika
induktif tidak ada.
Induksi merupakan
cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum. Umpamanya kita mempunyai pakta bahwa kambing, gajah mempunyai mata,
demikian jiga dengan singa,kucing dan binatang lainya.dari pernyataan
–pernyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang sifatnya umum yaitu semua
binatang mempunyai mata.
Menurut popklin
dan stroll, memiliki suatu hal yang sangat rentang dalam hubungan dengan ilmu
pengetahuan. Bila kita berpaling dari didalam isi buku klauser dan kunez
didalam bukunya philosofhy the study of alternative beliefs .maka dalam
menjawab pertanyaan” what is logika? Sebagai berikut: logika adalah suatu study
mengenai kebenaran atau kekeliruan suatu pendapat dalam hubungan kebenaran dan
kekeliruan pendapat yang lain. Oleh karena itu penalaran adalah suatu proses
berfikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan
yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir
itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil
pembahasan yang di atas dan berdasarkan dari berbagai macam nara sumber
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa logika adalah merupakan peran akal yang
memanfaatkan kebebasan yang dimilikinya menganggap sebagai kebenaran bahwa
segala sesuatu yang ada paling kurang diragukan pun berarti tidak,mengakui
bahwa bagaimanapun juga ditinjau secara mutlak, mustahil bawa ini merupakan
peristiwa terpenting , karena secara demikian dapatlah dengan mudah ditarik
perbedaan antara hal-hal yang termasuk akal .
Untuk memperoleh
kepastian bahwa segala sesuatu yang kita pahami secara terang dan tegas memang
benar menurut cara berpikir katik.
Logika ada dua (2)
macam
1 . logika
deduktip
Logika yang
membicarakan cara – cara untuk menyampaikan kesimpulan lebih dahulu diajukan
pernyataanernyataan mengenai semua atau sejumlah ini diantara satu
kelompok barang .
2 . logika
Induktif
Logika yang
membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
khusus yang bersifat individualis ( khusus ) dan
Terdapat dua
penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif
- Penalaran deduktif
adalah silogisme adalah suatu argumentasi yang terdiri dari dua buah
premis dan dari premis itu ditarik kesimpulan.
b. Penalaran
induktif
Minsalnya: saya
pasti akan mati sebab semua manusia harus mati.
DAFTAR PUSTAKA
Bawengan,G.W.
1997.Sebuah Studi Tentang Filsafat. PT.Prada Paramita: Jakarta.
S.Seria
Sumantri,Jujun,2001.Filsafat Ilmu.Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Bactiar
Amsal.2004. Filsafat Ilmu.PT.Raja Grapindo Persada.
0 komentar:
Post a Comment