BAB VI
POPULASI DAN SAMPEL
KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
:
1.
Menjelaskan pengertian
populasi
2.
Membedakan antara populasi
dengan sampling
3.
Mempraktekkan teknik
sampling
MATERI
A. Pengertian
Populasi
Berikut ini pengertian
populasi menurut para ahli :
1.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2.
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi.
3.
Populasi
adalah sekelompok objek atau individu atau peristiwa yang menjadi perhatian
peneliti, yang akan dikenai generalisasi penelitian.
4.
Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian
yang dapat berupa : orang, benda, atau suatu hal yang di dalamnya dapat
diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.
5.
Anggota populasi adalah orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran
penelitian. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subyek
penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut obyek penelitian. Penelitian
tentang suatu obyek mungkin diteliti langsung terhadap obyeknya, tetapi mungkin
juga hanya dinyatakan kepada orang yang mengetahui atau bertanggung jawab
terhadap obyek tersebut. Orang yang diminta menjelaskan obyek yang diteliti
disebut responden.
6.
Populasi
merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam su atau
beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi
yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian
dilakukan.
Berdasarkan
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Jika yang ingin diteliti
adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah
seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di
departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika
yang diteliti adalah efektivitas terapi musik untuk pasien gagal ginjal di RS
“Y”, maka populasinya adalah seluruh pasien gagal ginjal di RS “Y”.
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti.
Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar
hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan
sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan
elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari
keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Berbagai alasan mengapa peneliti tidak melakukan
sensus antara lain : (a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya
tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu, penelitian,
biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus puas dengan meneliti
sebagian dari elemen penelitian; (c) penelitian yang dilakukan terhadap sampel
bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi, misalnya, karena elemen
sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pengumpul
data sehingga banyak terjadi kekeliruan.
Jika
dilihat dari segi jumlah populasi dapat dibedakan antara lain:
1. Jumlah
terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu, mempunyai sumber
data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contohnya: Jumlah calon mahasiswa pada program studi tertentu, semua mahasiswa
yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.
2. Jumlah tak
hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya, sumber datanya tidak
dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah. Contoh : jumlah penonton
sebuah stasiun tv, semua pengunjung taman wisata.
Berdasarkan sifatnya populasi dapat digolongkan menjadi :
1. Populasi homogen : sumber data yang unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang sama
sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif.
2. Populasi heterogen : sumber data yang unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya.
Agar
hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan
secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik
pengambilan sampel .
B. Pengertian
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan
mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun
kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi
sampling, dengan syarat : harus meliputi seluruh unsur sampel, tidak ada unsur sampel yang
dihitung dua kali, harus up to date, batas-batasnya harus jelas dan harus dapat dilacak
dilapangan.
Oleh karena itu syarat
sampel yang baik adalah :
1.
Dapat menghasilkan gambaran
yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2.
Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan
“bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan
yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Keakuratan prediktibilitas dari
suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel. Oleh
karena itu agar sampel dapat memprediksi dengan baik
populasi, sampel harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi.
3.
Presisi, yaitu mengacu pada
sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh
: Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata
rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun
berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya
rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan
populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat
perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi
dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
4.
Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan
5.
Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan
biaya yang rendah.
Ukuran sampel atau jumlah
sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Ada empat faktor yang harus
diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel, antara lain:
1.
Degree of homogenity dari populasi, makin homogen populasi makin sedikit
jumlah sampel yang diambil
2.
Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat
pressisi yang dikehendaki makin banyak jumlah sampel yang diambil
3.
Rencana analisis. Jika rencana analisisnya
mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui
sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud
mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini
dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan
SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.
4.
Tenaga biaya dan waktu, makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki
peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh.
Beberapa ahli memberikan pedoman penentuan jumlah sampel
sebagai berikut :
1.
Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500
elemen
2.
Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel
(laki/perempuan, SD/SLTP/SMU,
dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3.
Pada penelitian multivariate (termasuk analisis
regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali)
dari jumlah variable yang akan dianalisis.
C. Teknik
Sampling
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel
acak atau random sampling / probability
sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
|
|
Masing-masing
teknik tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.
PROBALITY SAMPLING, yaitu :
a. Simple Random Sampling, yaitu
pengambilan sampel secara acak sederhana, Sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample tanpa melihat strata yang
ada dalam populasi. Teknik ini digunakan jika
populasi dianggap homogen. Metode yang digunakan dengan cara : undian, ordinal (angka
kelipatan), atau
dengan tabel bilangan random.
b. Proportionale stratified random
sampling, yaitu
teknik sampling yang digunakan jika populasi mempunyai unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu instansi memiliki pegawai
yang memiliki latar belakang pendidikan bertingkat, yaitu lulusan S1, D3,
SMA/SMK, SMP dan SD. Sample yang harus diambil meliputi seluruh strata yang
ada.
Contoh :
Penelitian tentang etos
kerja pegawai suatu instansi yang terdiri dari 1000 orang. Pegawai dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang
pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50 orang, D3 = 300 orang, SMK/SMA = 500 orang,
SMP = 100 orang dan SD = 50 orang. Jika
sampel yang diinginkan adalah 10% maka jumlah sampel yang digunakan adalah 10%
x 1000 = 100 orang. Setiap strata
diambil 10% sehingga jumlah per strata adalah :
S1 = 10% x 50 = 5
orang
D3 = 10% x 300 = 30 orang
SMA/K = 10% x 500 = 50
orang
SMP = 10% x 100 = 10 orang
SD = 10% x 50 = 5 orang
Sehingga
total sampel = 100 orang.
c. Cluster Sampling (area sampling). Digunakan untuk
menentukan sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi didasarkan pada
kelompok, daerah atau kelompok subyek tertentu. Teknik ini digunakan untu
penelitian yang wilayahnya luas. Misalnya, penelitian tentang pola parenting
ibu di sebuah kecamatan yang terdiri dari 30 kalurahan. Sampelnya 10 kalurahan
yang dipilih secara random. Biasanya cluster sampling dilakukan melalui dua
tahap, yaitu menentukan sampel daerah/wilayah dan selanjutnya menentukan
orang-orang yang ada di daerah itu secara sampling juga.
2. Nonprobability Sampling
a. Sampling kuota, (quota sampling), teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan. Misalnya penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap tawuran antar pelajar.
Jumlah sampel ditentukan 500 orang, maka pengumpulan data didasarkan pada
jumlah sampel tersebut. Jika belum memenuhi kuota 500 pengumpulan data belum
selesai.
b. Sampling insidental, yaitu penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel. Misalnya penelitian tentang ketertiban para pemudik.
Peneliti memberi pertanyaan kepada setiap pemudik yang ditemuinya sampai
akhirnya informasi dirasa cukup oleh peneliti. Kelebihan teknik ini adalah
mudah dilakukan dan mudah memperoleh informasi yang diinginkan. Tetapi teknik
ini memiliki kelemahan, jika yang ditemui ternyata bukan pemudik maka akan
terjadi bias sampel dan bias informasi.
c. Sampling Purposive, yaitu teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel). Misalnya penelitian tentang perilaku asusila remaja, maka sampelnya
adalah remaja pelaku perilaku asusila. Teknik ini lebih cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif.
d. Snowball sampling, teknik penentuan sampel yang mula
mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman temannya untuk
dijadikan sampel. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel snowball.
Sebuah kerangka
sampling yang baik, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal).
2) Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
3)
Harus up to date.
4) Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga (siapa-siapa
yang menjadi anggota rumah tangga); dan
5) Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa
desa dengan nama yang sama.
Jumlah sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Misalnya bila jumlah populasinya 800 dan hasil
penelitian itu akan di berlakukan untuk 800 orang tersebut tanpa ada kesalahan,
maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi. Selanjutnya,
mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang
mutlak, artinya tidak ada satupun ketentuan berapa persen suatu sampel harus
diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan
heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi
homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan,
sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan
sampel harus memperhatikan kategori-kategori heterogenitas dan besarnya
populasi dalam setiap kategori.
DAFTAR PUSTAKA
Furchan, A., 2004, Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hadi, A. dan Haryono, 2005, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta.
Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Sudjana, N. dan Ibrahim, 1989, Penelitian dan
Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru.
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta.
_______, 2001, Statistika
untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Post a Comment