Hati Nurani sebagai fenomena Moral
Tiga Contoh:
- Hakim yang korupsi (merasa marah atas
tindakannya)
- Seorang Fisikawan yang membuat bom
nuklir
- Cerita Arjuna (konflik
bathin)
- Kesadaran dan Hati Nurani
Hati Nurani adalah penghayatan tentang baik atau buruk
yang berhubungan dengan tingkah laku konkret kita
- Memerintahkan atau melarang untuk
melakukan sesuatu kini dan di sini
- Tidak mengikuti hati nurani berarti
menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam
kita
- Berkaitan erat dengan kenyataan bahwa
manusia mempunyai kesadaran
- Perlu dibedakan antara pengenalan dan
kesadaran
Pengenalan dan Kesadaran
- Kita mengenal bila kita melihat, mendengar atau
merasa sesuatu. Bukan monopoli manusia, karena binatang juga punya
- Kita mempunyai kesadaran yaitu kesanggupan
manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu ber-refleksi tentang
dirinya.
- Seekor binatang tidak berpikir dan berefleksi
tentang dirinya sendiri (anak kecil tanya apakah gajah tahu kalau dirinya
gajah)
- Conscientia (bahasa Latin
scire = mengetahui dan awalan con = bersama dengan, turut, ikut)
Penggandaan
Dalam diri manusia bisa berlangsung semacam “
penggandaan”
- Ia bisa kembali kepada dirinya
- Ia bisa mengambil dirinya sendiri
sebagai obyek pengenalannya
- Dalam proses pengenalan bukan saja
manusia berperan sebagai subyek tetapi juga obyek.
- Dalam hati nurani berlangsung juga
penggandaan yang sejenis:
- Bukan saja manusia melakukan perbuatan
yang bersifat moral (baik atau buruk), tapi ada juga yang “turut
mengetahui” tentang perbuatan moral kita.
- Dalam diri kita, seolah-olah ada yang
menilai dari segi moral perbuatan yang kita lakukan
- Semacam “saksi” tentang perbuatan moral
kita
- Kenyataan ini diungkapkan dengan baik
melalui conscientia
Hati Nurani Retrospektif
Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang
perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau/yang sudah lewat
- Menuduh atau mencela, bila perbuatannya
jelek
- Memuji atau memberi rasa puas, bila
perbuatannya dianggap baik
- Batin kita, tentang perbuatan yang telah
berlangsung:
- Hati nurani menghukum atau menuduh kita,
dan kita akan merasa gelisah – a bad conscience
- Bertingkah laku dengan baik mempunyai – a
good conscience atau a clear conscience
- A bad conscience merupakan
fenomena yang paling mendasar. Itulah hati nurani yang paling mendasar
- Tampak dengan jelas dampak dan tuntutan
moralitas atas seseorang
- Hati nurani yang tenang dihasilkan
karena dibebaskan dari segala tuduhan
Hati Nurani Prospektif
Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan
menilai perbuatan kita yang akan datang
- Mengajak kita untuk melakukan sesuatu,
atau mengatakan “jangan” dan melarang untuk melakukan sesuatu.
- Terkandung semacam ramalan
- Hati nurani pasti menghukum andaikata
kita melakukan perbuatan itu
- Menunjuk kepada hati nurani
restrospektif yang akan datang, jika perbuatan menjadi kenyataan
- Perbedaan antara hati nurani retrospektif dan
hati nurani prospektif se akan menyangkut masa depan dan masa lampau.
- Padahal, hati nurani dalam arti yang sebenarnya
juga menyangkut perbuatan yang sedang dilakukan kini dan di sini
- Hati nurani pada dasarnya adalah conscience,
“turut mengetahui” pada ketika perbuatan itu berlangsung
Hati Nurani bersifat Personal dan Adipersonal
- Bersifat personal artinya selalu berkaitan erat
dengan pribadi bersangkutan
- Hati nurani selalu diwarnai kepribadian kita.
Berkembang bersama dengan perkembangan seluruh kepribadian kita
- Hati nurani hanya berbicara atas nama saya
sendiri
- Hanya memperhatikan norma-norma dan cita-cita
yang juga diikuti oleh hati nurani kita
- Integritas pribadi kita, tidak akan merasa
diperkosa, bila orang lain melakukan, apa yang menurut kita tidak boleh
- Hati nurani juga menunjukkan suatu aspek
adipersonal. Selain bersifat pribadi, hati nurani seolah-olah melebihi
pribadi kita.
- Nur = cahaya. Hati yang diterangi. Seolah-olah
ada cahaya dari luar yang menerangi hati dan budi kita
- Kata lain: suara hati, kata hati, suara batin.
- Seakan-akan membuka diri terhadap aspek transenden
artinya melebihi pribadi kita
- Kerapkali dikatakan sebagai suara Tuhan atau
Tuhan berbicara melalui hati nurani, sehingga memiliki suatu dimensi
religius. Tapi juga bisa berbahaya, yaitu mendengar suara Tuhan
- Penyalahgunaan hati nurani. Hati nurani tidak
melepaskan kita dari kuajiban untuk bersifat kritis dan mempertanggung
jawabkan perbuatan kita secara obyektif
Hati Nurani sebagai Norma Moral yang Subyektif
- Dalam sejarah Filsafat sering dipersoalkan apakah
arti nurani termasuk perasaan, kehendak, atau rasio.
- Manusia tidak bisa dipisahkan ke dalam pelbagai
fungsi atau daya
- Dalam hati nurani ada peranan perasaan atau
kehendak maupun rasio.
- Hati nurani secara khusus harus dikaitkan dengan rasio,
karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya suatu putusan (judgement)
- Berarti: ini baik dan harus dilakukan atau itu
buruk dan tidak boleh dilakukan. Hal tersebut memberi putusan jelas yang
merupakan suatu fungsi dari rasio.
RASIO
Rasio Teoritis
- Rasio teoritis memberi jawaban atas
pertanyaan:
- apa yang dapat saya ketahui?
- Bagaimana pengetahuan saya dapat
diperluas?
- Rasio dalam arti ini merupakan sumber
pengetahuan, termasuk juga ilmu pengetahuan
- Bersifat abstrak
Rasio Praktis
- Rasio Praktis terarah pada tingkah laku
manusia
- Rasio praktis memberi jawaban atas pertanyaan:
- Apa yang harus saya lakukan?
- Rasio praktis memberi penyuluhan bagi
perbuatan-perbuatan kita
- Bersifat konkret
- Hati nurani juga bersifat konkret, yaitu apa yang
harus dilakukan kini dan di sini
- Putusan hati nurani berarti “mengkonkretkan”
pengetahuan etis kita yang umum
- Pengetahuan etis kita (prinsip moral yang kita
pegang dan nilai yang kita akui) hampir tidak pernah siap pakai dalam
keadaan konkret.
- Hati nurani seolah-olah merupakan jembatan yang
menghubungkan pengetahuan etis kita yang umum dengan perilaku konkret.
- Biarpun putusan hati nurani bersifat rasional,
tidak berarti bahwa ia mengemukakan suatu penalaran logis (reasoning)
- Ucapan hati nurani pada umumnya bersifat
intuitif, artinya langsung menyatakan: ini baik dan terpuji atau itu buruk
dan tercela
- Pemikiran intuitif berlangsung “bagaikan
tembakan”, langsung, satu kali tembak, tidak menurut tahap-tahap
perkembangan seperti dalam sebuah argumentasi
- Kadang-kadang putusan hati nurani bisa memiliki
sifat-sifat yang mengingatkan kita pada suatu argumentasi, terutama hati
nurani prospektif
- Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi
setiap manusia (Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia,
1948) atau “hak atas kebebasan hati nurani” (pasal 18)
- Negara harus menghormati putusan hati nurani para
warganya, bahkan kalau kuajiban itu menimbulkan konflik dengan kepentingan
lain. Contoh: wajib militer
- Hati nurani mempunyai kedudukan kuat dalam hidup
moral kita
- Hati nurani merupakan moral terakhir untuk
perbuatan kita
- Putusan hati nurani adalah norma moral yang
subyektif bagi tingkah laku kita
- Belum tentu perbuatan yang dilakukan atas desakan
hati nurani adalah baik juga secara obyektif. Hati nurani bisa keliru.
- Hati nurani memang membimbing kita dan menjadi
patokan perilaku kita, tetapi yang sebenarnya diungkapkan oleh hati nurani
bukan baik buruknya perbuatan itu sendiri, melainkan bersalah tidaknya si
pelaku
- Bila suatu perbuatan secara obyektif baik, tetapi
suara hati menyatakan bahwa perbuatan itu buruk, maka dengan melakukan
perbuatan itu orang bersangkutan secara moral bersalah.
Dapat disimpulkan:
- Tidak pernah kita, boleh bertindak bertentangan
dengan hati nurani
- Hati nurani harus selalu diikuti, juga kalau -
secara obyektif - ia sesat
- Akan tetapi manusia wajib mengembangkan hati
nurani dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan seimbang.
- Pada orang yang sungguh-sungguh dewasa dalam
bidang etis, putusan subyektif dari hati nurani akan sesuai dengan
kualitas obyektif dari perbuatannya
- Pada orang itu, yang baik secara subyektif akan
sama dengan yang baik secara obyektif
- Pertanyaannya: Bagaimana keadaan ideal bisa
dicapai?
PEMBINAAN HATI NURANI
Filsuf mencurigai ajaran tradisional mengenai hati
nurani, karena hati nurani bersifat subyektif
- Mereka dipengaruhi oleh cara berpikir
ilmu pengetahuan empiris: obyektivitas sempurna, keadaan yang sedapat
mungkin dilepaskan dari setiap unsur subyektif.
- Subyektivitas sama artinya dengan
“kurang serius”, “tidak bisa diandalkan”, “sewenang-wenang”
- Pengalaman bahwa hati nurani sering
tersesat
- Hati nurani bisa menjadi kedok untuk
melakukan kejahatan. Kita tidak bisa melihat hati nurani orang lain.
Hanya hati nurani kita sendiri yang bisa kita lihat, yang – sekali lagi –
belum tentu benar
- Hati nurani juga mudah disalahgunakan
- Hati nurani tidak pernah mengganti usaha
kita untuk mempelajari dengan teliti serta mendalam prinsip-prinsip dan
norma-norma moral yang harus mengarahkan tingkah laku kita.
- Etika sebagai ilmu tidak menjadi mubazir dengan
adanya hati nurani
- Etika harus berusaha keras untuk mencari
kepastian ilmiah dan obyektif tentang masalah moral yang dihadapi
- Etika sebagai ilmu selalu bergerak pada tahap
umum.
- Hati nurani justru bertugas untuk menerjemahkan
prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang umum ke dalam situasi konkret.
Karena itu peranan hati nurani selalu diperlukan
- Ada hati nurani yang halus dan jitu, ada yang
longgar dan kurang tepat dan ada yang tumpul. Dalam psikiatri disebut moral
insanity: kelainan jiwa yang membuat orang seolah-olah “buta” di
bidang etis, sehingga tidak bisa membedakan antara baik dan buruk. Orang
itu tidak normal, karena tidak punya hati nurani
- Hati nurani harus dididik: kepekaan batin
terhadap yang baik (pendidikan keluarga)
Hati Nurani dan “Superego”
Pandangan Freud tentang Struktur Kepribadian:
- Id
- Ego
- Superego
Id
Hidup psikis kita ibarat gunung es yang terapung-apung
di laut, terlihat hanya puncaknya
Hidup psikis manusia bahkan untuk sebagian besar
manusia hidup psikis tidak tampak atau – lebih tepat – tidak sadar, namun tetap
merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan
Oleh karena itu:
- Apa yang dilakukan manusia – khususnya
yang diinginkan, dicita-citakan, dikehendaki untuk sebagian besar tidak
disadari manusia itu sendiri
- Freud mengintroduksikan ke dalam psikologi paham
“ketidaksadaran dinamis” artinya:
-
- Ketidaksadaran untuk mengerjakan sesuatu dan
tidak tinggal diam.
- Freud memakai istilah “Id” untuk
menunjukkan ketidaksadaran itu.
-
”Id” bahasa aslinya es.
- Descartes, kegiatan psikis yang tak sadar
merupakan suatu kontradiksi, karena hidup psikis sama saja dengan
kesadaran
- Id adalah lapisan yang
paling fundamental dalam susunan psikis seorang manusia
- Id meliputi segala
sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja atau tidak
disadari, dalam daya-daya mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia
- Tentang Id berlaku: bukan aku (subyek)
yang melakukan, melainkan ada yang melakukan dalam diri aku
Menurut Freud adanya Id terbukti dengan tiga
cara:
- Faktor psikis yang paling jelas
membuktikan adanya Id adalah mimpi. Contoh: mimpi, merupakan
penonton pasif)
- Perbuatan-perbuatan yang pada
pandangan pertama rupanya remeh saja dan tidak punya arti seperti
“perbuatan keliru”, salah ucap, “keseleo lidah”, lupa dsb. Ini
merupakan perbuatan, yang seperti itu tidak kebetulan, tetapi berasal
dari kegiatan psikis yang tak sadar
- Pengalamannya dengan pasien yang
menderita neurosis. Dari segi fisiologis pasien tidak mengidap
kelainan apa-apa, namun pada kenyataannya mereka mempunyai
bermacam-macam gejala yang aneh. Neurosis disebabkan oleh
faktor-faktor tak sadar. Contoh: orang yang histeria
- Id terdiri dari naluri
bawaan seperti:
- Naluri seksual (teori Freud: Oidipus
complex)
- Agresif
- Id dipimpin oleh
“prinsip kesenangan” (the pleasure principle)
- Dalam Id tidak dikenal urutan menurut
waktu (timeless)
- Dalam Id, hukum logikapun tidak berlaku
(contoh: mimpi)
- Tetapi Id atau ketidak sadaran merupakan
kenyataan psikologis yang normal dan universal
- Hidup psikis setiap manusia didasarkan atas Id
itu
EGO
- Ego atau Aku, mulai
mekar dari Id melalui kontaknya dengan dunia luar
- Ego dikuasai oleh
“prinsip realitas” (the reality principle”)
Aktivitas Ego bisa:
- Sadar yaitu persepsi
- Lahiriah: melihat pohon
- Batiniah: merasa sedih
- Proses intelektual
- Prasadar
- Fungsi ingatan (mengingat nama yang
tadinya lupa)
- Tak sadar,
- melalui mekanisme pertahanan (defence
mechanisms),
- contoh: hati kecil takut, tapi
berlagak berani
Menurut Freud: tampak dalam pemikiran yang obyektif,
yaitu:
- sesuai dengan tuntutan sosial,
- bersifat rasional
- mengungkapkan diri melalui bahasa
Jadi prinsip kesenangan dari Id di sini diganti
dengan prinsip realitas
- Tugas Ego (bukan Id dan
naluri-naluri) untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin
penyesuaian dengan alam sekitar
- Juga untuk menyelesaikan konflik dengan realitas,
dan konflik dengan keinginan yang tidak cocok satu sama lain
- Ego juga mengontrol apa
yang mau masuk kesadaran dan yang akan dikerjakan
- Ego menjamin kesatuan
kepribadian atau – dengan kata lain – mengadakan sintesa psikis.
SUPEREGO
- Superego melepaskan diri
dari ego dalam bentuk observasi diri, kritik diri, larangan dan tindakan
refleksi lainnya
- Tindakan terhadap dirinya sendiri
- Superego dibentuk selama
masa anak-anak melalui jalan internalisasi (pembatinan) dari faktor
represif, yang dialami subyek sepanjang perkembangannya
- Faktor yang pernah tampil sebagai “asing” bagi si
subyek, kemudian diterima olehnya dan dianggap sebagai sesuatu yang
berasal dari dirinya sendiri
- Larangan, perintah, cita-cita dsb., yang berasal
dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua) diterima sepenuhnya oleh si
subyek, sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Contoh: “Engkau tidak
boleh mencuri” menjadi “Aku tidak boleh mencuri”
- Internalisasi adalah kebalikan dari proses
psikologis yang disebut “proyeksi”. Pada proyeksi, keadaan batin manusia
diterapkan pada dunia luar (contoh: orang penakut seakan melihat hantu.
Yang dianggap hantu tidak lain adalah keadaan batinnya yang diproyeksi ke
luar)
- Aktivitas Superego menyatakan diri dalam
konflik dengan Ego, yang dirasakan dalam emosi seperti rasa
bersalah, rasa menyesal, rasa malu, dsb. Perasaan itu dianggap normal.
- Tapi bisa terjadi juga bahwa orang sungguh-sungguh
disiksa oleh Superego, terutama karena pengalamanannya dengan
kasus-kasus
Hubungan Hati Nurani dan Superego
- Hati nurani dipakai dalam konteks etis
- Superego berperanan dalam
konteks psikoanalitis (konteks meta psikologis)
- Aktivitas Superego bisa tak sadar (rasa
bersalah bisa tetap tidak disadari)
- Sedangkan pada konteks etis, hati nurani tentu
hanya bisa berfungsi pada taraf sadar.
- Sebaiknya Superego dimengerti sebagai
dasar psikologis bagi fenomena etis yang kita sebut “hati nurani” atau bagi
fungsi seperti hati nurani yang etis.
- Superego lebih luas daripada
hati nurani
- Superego juga meliputi
fungsi observasi diri dan “ideal dari aku” (gambaran yang dipakai subyek
untuk mengukur dirinya dan sebagai standar yang harus dikejar)
- Superego terbentuk karena
internalisasi dari perintah-perintah dan larangan-larangan orang
tua
0 komentar:
Post a Comment