BAB VIII
ANALISIS DATA
PENELITIAN
Analisis
data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data
yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh
secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat
menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data
merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses
penelitian. Kesalahan dalam menentukan alat analisis dapat berakibat fatal
terhadap kesimpulan yang dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi
terhadap penggunaan dan penerapan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian,
pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teknik analisis mutlak diperlukan
bagi seorang peneliti agar hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang
berarti bagi pemecahan masalah sekaligus hasil tersebut dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Jenis
analisis kuantitatif adalah :
1.
Analisis statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata
dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan,
menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan. Teknik analisis ini biasa digunakan untuk
penelitian-penelitian yang bersifat eksplorasi, misalnya ingin mengetahui
persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga BBM, ingin mengetahui sikap guru
terhadap pemberlakuan kurikulum 2013,
ingin mengetahui minat mahasiswa terhadap profesi dokter, dan sebagainya.
Penelitian-penelitian jenis ini biasanya hanya mencoba untuk mengungkap dan
mendeskripsikan hasil penelitiannya. Biasanya teknik statistik yang digunakan
adalah statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat
digunakan antara lain: a) Penyajian data dalam bentuk tabel atau
distribusi frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Dengan analisis ini akan
diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian, apakah masuk dalam kategori
rendah, sedang atau tinggi. b) Penyajian data dalam bentuk visual seperti
histogram, poligon, ogive, diagram batang,
diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram lambang. b) Penghitungan
ukuran tendensi sentral (mean, median modus). c) Penghitungan ukuran letak (kuartil,
desil, dan persentil). d)
Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, deviasi¨
kuartil, mean deviasi, dan sebagainya).
2.
Statistik Inferensial, sudah ada upaya untuk mengadakan penarikan
kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan.
Biasanya analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang
jumlahnya banyak, dan dari hasil analisis terhadap sampel tersebut
digeneralisasikan terhadap populasi. Oleh karena itulah statistik inferensial
ini juga disebut dengan istilah statistik induktif. Berdasarkan jenis
analisisnya, statistik inferensial terbagi ke dalam dua bagian:
a. Analisis
Korelasional, yaitu
analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara
dua buah variabel atau lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi
ke dalam dua bagian, yaitu: Variabel
bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain dan variabel
terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi
oleh variabel yang lain.
Banyak sekali
teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk analisis korelasional ini,
baik statistik parametrik maupun nonparametrik. Penggunaan masing-masing teknik
analisis tersebut sangat tergantung pada jenis datanya. Data terdiri dari: 1) Data nominal,
yaitu data kuantitatif
yang tidak memiliki jenjang. Contoh jenis kelamin, asal daerah, pekerjaan orang
tua, hobby, dan sebagainya. 2) Data
ordinal, yaitu data kuantitatif
yang memiliki jenjang, seperti tingkat pendidikan, jabatan, pangkat, ranking
kelas, dan sebagainya. 3) Data
interval/rasio, yaitu data kuantitatif atau data yang
berupa angka atau dapat diangkakan. Contoh penghasilan, prestasi belajar,
tinggi badan, tingkat kecerdasan, volume penjualan, dan sebagainya. Jenis analisis datanya dapat dilihat dalam tabel berikut
:
Variabel dan jenis data
|
Variabel Terikat
|
|||
Nominal
|
Ordinal
|
Interval
|
||
Variabel Bebas
|
Nominal
|
Koefisien Korelasi kontingensi
|
|
Korelasi point serial
|
Ordinal
|
|
Korelasi spearman rank
|
Korelasi serial
|
|
Interval
|
|
|
Korelasi product moment
Analisis regresi
Korelasi parsial
|
Keterangan :
1) Koefisien korelasi kontingensi : ukuran tingkat korelasi atau hubungan antara
kelompok atribut atau variabel. Uji ini berguna jika informasi atau data yang
dimiliki berskala nominal. Contoh : penelitian untuk mengetahui “adakah
hubungan antara tingkat umur dengan jenis handphone yang digunakan”. Tingkat umur dikelompokkan menjadi dua yaitu: Remaja(11-20) , Dewasa (20>). Jenis
handphone juga dikelompokkan menjadi dua yaitu: Standard, dan Canggih. Jumlah remaja
yang digunakan sebagai sample = 80, dan orang dewasa = 100. Jumlah seluruhnya
180. Buktikan
Hipotesis yang menyatakan bahwa: “ Tidak ada hubungan yang positif dan
signifikan antara tingkat umur dengan jenis handphone yang digunakan”.
Jika
menggunakan aplikasi SPSS maka langkahnya adalah :
a)
Klik Analyze - Descriptive Statistics - Crosstab
b)
Masukkan variabel
independen “umur” sebagai Row dan variabel dependen “jenis handphone” sebagai Coloum
c)
Klik Statistics
d)
Beri tanda Check pada Contingency Coefficient
e)
Continue
f)
Ok
g)
Lihat nilai p (p value) pada output di tabel symmetric measure kolom approx sig
h)
Jika p value < 0,05 à H0 ditolak (ada hubungan…) dan sebaliknya
2) Korelasi point serial : digunakan untuk menghitung korelasi antara dua
variabel, yang satu berskala nominal dan yang lain berskala interval. Misalnya
Korelasi antara jenis
pekerjaan
dengan harga
diri.
3) Korelasi
serial : menguji hubungan antara dua variabel,
yang satu berskala pengukuran orinal dan yang lain berskala pengukuran
interval. Gejala ordinal adalah gejala yang dibedakan menurut golongan atau
jenjangnya.
Misalnya : Hubungan antara keaktifan membaca di perpustakaan dengan nilai mata
kuliah MPK.
4)
Korelasi spearman
rank : untuk mengkorelasikan dua variabel yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang
(data ordinal).
5)
Korelasi product
moment : uji
statistik untuk menguji 2 variabel yang berdata rasio ataupun data kuantitatif yang berisi angka riil yaitu data sesungguhnya yang diambil
langsung dari angka asli. Syarat lain untuk uji korelasi Pearson adalah data
berdistribusi normal. Sebagai bagian dari statistik parametrik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data sebelum uji
korelasi. Teknik ini untuk menerapkan koefisien korelasi antara
dua variabel yang masing-masing mempunyai skala pengukuran interval.
6)
Korelasi parsial : digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap
berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap. Contoh : hubungan antara
kecerdasan dengan prestasi belajar jika terdapat faktor tingkat stress pada
siswa yang diduga mempengaruhi akan dikendalikan.
7)
Analisis regresi : analisis regresi merupakan teknik statistik untuk mengivestigasi dan menyusun model mengenai
hubungan antar variable dan merupakan salah satu metode untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam analisis regresi dikembangkan
persamaan estimasi untuk mendeskripsikan pola atau fungsi hubungan antara
variabel-variabel. Sesuai dengan namanya, persamaan estimasi atau persamaan
regresi itu digunakan untuk mengestimasi nilai dari suatu variabel berdasarkan
nilai variabel lainnya. Variabel yang di estimasi itu disebut variabel dependen
(atau variabel terikat) sedangkan variabel yang diperkirakan memengaruhi
variabel dependen itu disebut variabel independen (atau variabel bebas).
Model kelayakan regresi linear didasarkan
pada hal-hal sebagai berikut :
a)
Model regresi dikatakan
layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05.
b)
Predictor yang digunakan sebagai
variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error
of Estimate < Standard Deviation.
c)
Koefesien regresi harus signifikan.
Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung
> T tabel (nilai kritis).
d)
Tidak boleh terjadi
multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau
sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi
linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
e)
Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi
otokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3.
f)
Keselerasan model regresi dapat
diterangkan dengan menggunakan nilai r2 semakin besar nilai
tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi
semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik diantaranya: 1)
selalu positif, 2) Nilai r2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai r2 sebesar
1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam
variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r2 sama
dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y.
g)
Terdapat hubungan linier antara
variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y)
h)
Data harus berdistribusi normal
i)
Data berskala interval atau rasio
j)
Kedua variabel bersifat dependen,
artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel
predictor) sedang variabel lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai
variabel response)
Untuk mempelajari hubungan – hubungan antara variabel bebas maka
regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu : 1) Analisis regresi sederhana (simple analysis regresi) dan 2) Analisis
regresi berganda (Multiple analysis
regresi).
Analisis
regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas
(variable independen) dan variabel tak bebas (variabel dependen). Sedangkan analisis regresi berganda
merupakan hubungan antara 3 variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua
variabel bebas dengan satu variabel tak bebas.
b.
Uji Beda
Uji T
Berpasangan, di gunakan untuk menilai apakah mean dan keragaman dari dua
kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan
apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan
cocok sebagai analisis dua kelompok. Uji t berpasangan (paired t-test) biasanya
menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada
Subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, misalnya jika kita
ingin menguji perbedaan kemampuan interaksi sosial anak sebelum dan sesudah di
beri perlakuan metode sosiodrama.
0 komentar:
Post a Comment