Friday, October 4, 2019

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN MENURUT CARL GUSTAV JUNG

TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN “CARL GUSTAV JUNG”

A.   Latar Belakang
Teori kepribadian dengan pendekatan psikologis analitis dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Beliau ini di akui sebagai salah seorang ahli psikologi yang terkemuka di abad XX. Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di kesswyl, suatu kota di kawasan Lake Constance di canton. Jung sangat terkesan oleh ide-ide Freud yang dibacanya dari buku yang berjudul Interpretation of Dream.
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bawha ia melihat kepribadian itu ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan, dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang pribadi. Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya ada sampai ajal menjelang. Namun bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali.
Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena penekanannya yang kuat pada dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur.
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia primitif, mimpi, penglihatan, simtom, orang neurotik, halusinasi, dan delusi pada penderita psiokis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.

B.     Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai teori menurut Carl Gustav Jung

C. Metode penulisan
§  mencari sumber referensi
§  Penyusunan  materi



PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN
·         Kepribadian : personality : persona yang berarti topeng, wajah yang dipakai untuk menghadapi publik
·         Personality : sikap, tingkah laku, ciri-ciri yang menonjol pada sosok individu yang termasuk dari gambaran sosial tertentu yang ia terima dari kelompok atau masyarakatnya
·         Karakter : sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain
TEORI PSIKOANALISA JUNG
·         Kepribadian terdiri dari kesadaran, ketidaksadaran, dan kesadaran kolektif
·         Kesadaran muncul pada awal kehidupan. Bagian terpentingnya adalah Ego
·         Ketidaksadaran merupakan pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang sadar menimbulkan kesan sadar
·         Kesadaran kolektif merupakan kepribadian yang dipengaruhi peristiwa-peristiwa yang di alami oleh nenek moyangnya
TIPOLOGI JUNG
Menurut attitude dibagi menjadi tipe introvers ( tertutup) dan ekstravers (terbuka)
-          Tipe introvers (tertutup)
Orang yang bertipe tersebut terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia didalam dunianya sendiri. Adapun bahaya yang terdapat di dalam diri berkepribadian introvert itu sendiri ialah apabila jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia objektifnya.
-          Tipe ekstravers (terbuka)
Orang yang bertipe ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia diluar dirinya. Adapun bahaya dari orang yang bertipe ekstravers ini ialah apabila keterikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam didalam dunia objektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.

1.      Definisi dan Struktur Kepribadian
Jung tidak berbicara tentang kepribadian, melainkan tentang psyche. Jung menjelaskan bawha kepribadian itu adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang di sadari maupun yang tidak disadari.
Adapun struktur kepribadian manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kesadaran dan dimensi ketidak sadaran. Kedua dimensi ini saling mengisi dan mempunyai fungsi masing-masing dalam penyesuaian diri. Dimensi kesadaran berupaya menyesuaikan terhadap dunia luar individu, dan dimensi ketidak sadaran berupaya menyesuaikan terhadap dunia dalam individu. Berikut ini adalah uraian kedua dimensi tersebut.
A)    Dimensi Kesadaran Kepribadian
Dimensi kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi, ego dipandang berada di dimensi kesadaran

Dimensi kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan menjadi empat fungsi jiwa, yaitu pikiran, perasaan, pendriaan, dan intuisi. Dalam berfungsinya fungsi-fungsi rasional bekerja dengan penilaian : pikiran menilai atas dasar benar dan salah, sedangkan perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua fungsi yang irasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan : pendirian mendapatkan pengamatan dengan sadar’indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar’naluriah.

Berikut ini adalah tabel fungsi jiwa menurut Jung

No
Fungsi Jiwa
Sifatnya
Cara Bekerjanya
1
Pikiran
Rasional
Dengan penilaian (benar/salah)
2
Perasaan
Rasional
Dengan penilaian (senang / tidak senang)
3
Pendriaan
Irrasional
Tanpa penilaian (sadar melalui indera)
4
Intuisi
Irrasional
Tanpa penilaian (tidak sadar – melalui naluri)

Pada dasarnya manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang berkembang (dominan). Fungsi yang paling berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe kepribadian orangnya. Jadi ada tipe orang pemikir, perasa, pendria, dan ituitif.


TIPOLOGI JUNG
Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe extravers dan empat tipe introvers. Empat tipe ini sudah di jelaskan di atas, yaitu tentang pikiran, perasaan, pendriaan, dan ituisi.
Berikut ini adalah tabel tipologi Jung



Sikap jiwa
Fungsi jiwa
Tipe
Ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Pemikir ekstravers
Perasa introvers

Perasaan
Perasa ekstravers
Pemikir introvers

Pendriaan
Pendria ekstravers
Intuitif introvers

Intuisi
Intuitif ekstravers
Pendria introvers
Introvers
Pikiran
Pemikir introvers
Perasa ekstravers

Perasaan
Perasa introvers
Pemikir ekstravers

Pendriaan
Pendria introvers
Intuitif ekstravers

Intuisi
Intuitif introvers
Pendria ekstravers

B)    Dimensi Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran, yaitu : ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi diperoleh individu selama hidupnya, namun tertekan dan terlupakan. Sedangkan ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi yang terdahulu (endapan cara yang khas manusia mereaksi sejak zaman dahulu terhadap situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, dan sebagainya).
Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi)perasaan, pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet yang menarik berbagai pengalaman ke arahnya. Suatu kompleks bisa bertindak sebagai kepribadian otonom yang memiliki kepribadian jiwa dan sumber penggeraknya sendiri. Ia bisa memegang control atas kepribadian dan menggunakannya untuk tujuannya sendiri. Kompleks itu bersifat tak sadar, tetapi masing-masing kaitan tersebut dapat dan sering kali menjadi sadar.
Ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi terdahulu. Daerah ketidaksadaran kolektif yang berdekatan dengan daerah ketidaksadaran pribadi berisi emosi dan dorongan primitive.
Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah gudang bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi berulang selama banyak generasi. Ketidaksadaran kolektif hampir seluruhnya terlepas dari segala segi pribadi dalam kehidupan seseorang dan nampaknya bersifat universal.
Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia. Kesamaan struktur otak manusia ini disebabkan oleh evolusi umum.
Menurut Jung kompleks merupakan sesuatu yang tidak dapat diselesaikan dalam kepribadian. Perwujudan ketidaksadaran yang lain adalah mimpi, fantasi, dan khayalan. Bagi Jung, mimpi itu mempunyai fungsi yang konstruktif yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik. Bagi Jung mimpi tidak hanya merupakan manifestasi dari hal yang patologis, tetapi sering merupakan manifestasi dari ketidaksadaran kolektif dan banyak juga mempunyai arti ramalan.
Di samping mimpi, Jung juga mengemukakan tentang fantasi dan khayalan sebagai bentuk manifestasi (perwujudan) ketidaksadaran. Fantasi dan Khayalan ini berkaitan dengan mimpi dan timbul pada waktu taraf kesadaran rendah.
Adapun arkhetipe adalah bentuk pendapat instinktif dan reaksi instinktif terhadap situasi tertentu yang terjadi di luar kesadaran. Arkhetipe  itu dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia. Jadi arkhetipe tidak bergantung kepada manusia perseorangan. Arekhetipe merupakan pusat serta medan tenaga dari ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia.

2.      Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian itu disebabkan oleh enegi psikis yang disebut Libido. Libido itu adalah intensitas kejadian psikis yang hanya dapatr diketahui lewat peristiwa psikis. Pengertian Libido ini sama dengan pengertian energy dalam ilmu alam yaitu sebagai abstraksi atau (gambaran) yang menyatakan relasi dinamis. Keribadian adalah suatu system energy yang tetutup tetapi tidak untuk seluruhnya, sifat teertutupnya tidak sempurna karena energi dari sumber luar dapat masuk dari sistem ini.
Kepribadian dikatakan sebagai suatu system energy yang tertutup karena kepribadian mempunyai prinsip mengatur diri sendiri atas dasar hokum tertentu. Dalam struktur kepribadian terdapat pasangan berlawanan : pikiran – perasaan, pendirian – intuisi, kesadaran – ketidaksadaran, dalam keadaan bangun – dalam keadaan mimpi, anima animus, aku – baying – baying, dan sebagainya.
Dalam dinamika kepribadian ada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hokum penyimpanan energy dalam thermodinamika yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz yang mengatakan bahwa jumlah energy itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah. Jadi dalam seluruh system kepribadian itu banyaknya energy tetap hanya distribusinya yang berubah.
Berdasarkan prinsip ekuifalens tersebut maka hal-hal yang berpasangan – berlawanan itu berhubungan secara komplementer atau kompensatoris, artinya pengurangan energy pada suatu aspek berarti penambahan pada suatu aspek pasangan lainnya.
Perlu diingat bahwa hokum penyimpanan energy itu tidak dapat berlaku mutlak pada system kepribadian itu, karena kepribadian tidak seluhnya tertutup. Pertambahan atau pengurangan energy pada kepribadian adalah mungkin.
Prinsip kedua dalam termodinamika adalah entropi. Prinsip ini mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas pada yang lebih dingin. Prinsip ini diambil oleh Jung untuk menggambarkan dinamika kepribadian yaitu distribusi energy di dalam kepribadian itu selalau menuju keseimbangan. Kendatipun keseimbangan kekuatan yang permanen dalam kepribadian tidak pernah tercapai, tetapi hal ini merupakan keadaan ideal yang selalu dituju oleh distribusi energy. Prinsip entropi inilah yang menimbulkan hubungan kompensyatoris antara pasangan yang berlawanan seperti telah dijelaskan diatas.
Ferak progesif adalah gerak ke kesadaran dan berbentuk proses penyesuaian terus-menerus terhadap tuntutan kehidupan sadar.

Keempat fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi) yang pokok dan kedua sikap jiwa (ekstravers dan entrovers) serta berbagai system yang membentuk keseluruhan kepribadian berinteraksi satu sam lain dalam tiga macam cara yaitu sebagai berikut :
a.       Suatu aspek atau system mengkompensasikan kelemahannya terhadap yang lain.
b.      Suatu aspek atau system menentang aspek atau system yang lain.
c.       Satu atau dua system mungkin bersatu untuk membentuk sintesis.

3.      Perkembangan kepribadian
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan kepribadian dalam cara seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ahli kepribadian. Dia berbicara perkembangan umat dan manusia menuju ke taraf yang lebih sempurna. Tujuan perkembangan manusia itu adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras seluruh aspek kepribadian manusia. Ini berarti psyche, memiliki pusat baru yaitu diri yang menggantikan tempat aku.
Jung berpendapat bahwa kepribadian itu mepunyai kecenderungan untuk berkembang kea rah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau penemuan diri) yang semula tidak punya diferensiasi dan tujuan. Supaya tujuan perkembangan ini dapat tercapai, maka semua aspek kepribadian harus mengalami diferensiasi dan perkembangan sepenuhnya.
4.      Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Proses individuasi ini ditandai oleh bermacam-macam perjuangan batin melalui bermacam-macam tahap perkembangan.
a.       Tahap pertama
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran. Dengan cara lain, tegangan dalam batin berkurang dan kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaina diri meningkat.
b.      Tahap kedua
Membuat sadar image dengan menyadari image ini, orang akan mampu melihat kelemahan-kelemahannya sendiri yang diproyeksikan.
c.       Tahap ketiga
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah. Manusia harus tabah menghadapi masalah ini serta dapat mengatasinya.
d.      Tahap keempat
Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antar segala aspek dari kepribadian yang ditibulkan oleh titi pusat kepribadian yaitu diri.

5.      Implikasi teori Kepribadian Psikoanalitik Jung terhadap Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung adalah membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling hubungan yang selaras diantara seluruh aspek kepribadian manusia.
Seorang konselor hendaknya menyadari bahwa perkembangan psikis manusia adalah suatu langkah maju yang terus menerus. Manusia primitive maju kepada manusia yang berkebudayaan kompleks dan manusia yang berkebudayaan kompleks akan maju terus.

Konselor berpandangan bahwa baik masa lalu maupun masa depan klien kedua-duanya
Harus dipertimbangkan dalam proses bimbingan dan konseling. Kausalitas dan teleology manusia kedua-duanya penting dalam memandang perkembangan kepribadian.


Kesimpulan
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrosprektif. Prospektif dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke depan kea rah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang pribadi.
Menurut Jung, melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Manusia modern dibentuk ke dalam bentuknya yang sekarang oleh pengalaman kumulatif generasi masa lampau yang merentang jauh ke belakang sampai asal manusia yang samar dan tidak diketahui.



DAFTAR PUSTAKA  

Jung, C.G., Psychologische Typen. (Terj.Rob Limburg), service, s’Gravenhage, 1953
Jung, C.G Psychologie engodsdienst (Terj.Elisabeth Camerling). L.J. Ween-Amsterdam, Het Kompas, Amsterdam, 1953


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.