A.
Latar Belakang
Teori
kepribadian dengan pendekatan psikologis analitis dikembangkan oleh Carl Gustav
Jung. Beliau ini di akui sebagai salah seorang ahli psikologi yang terkemuka di
abad XX. Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di kesswyl, suatu kota di kawasan
Lake Constance di canton. Jung sangat terkesan oleh ide-ide Freud yang
dibacanya dari buku yang berjudul Interpretation of Dream.
Pandangan Jung tentang
kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bawha ia
melihat kepribadian itu ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di
masa depan, dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang
pribadi. Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia.
Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup
ini hanya ada sampai ajal menjelang. Namun bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan
dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan
untuk lahir kembali.
Teori Jung juga berbeda
dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena penekanannya yang kuat
pada dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu
sebagai produk dan wadah sejarah leluhur.
Jung menyelidiki sejarah
manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti
mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia
primitif, mimpi, penglihatan, simtom, orang neurotik, halusinasi, dan delusi
pada penderita psiokis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.
B.
Tujuan
Tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai teori menurut Carl Gustav Jung
C.
Metode penulisan
§ mencari
sumber referensi
§ Penyusunan
materi
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN
·
Kepribadian
: personality : persona yang berarti topeng, wajah yang dipakai untuk
menghadapi publik
·
Personality
: sikap, tingkah laku, ciri-ciri yang menonjol pada sosok individu yang
termasuk dari gambaran sosial tertentu yang ia terima dari kelompok atau
masyarakatnya
·
Karakter
: sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
orang lain
TEORI PSIKOANALISA JUNG
·
Kepribadian
terdiri dari kesadaran, ketidaksadaran, dan kesadaran kolektif
·
Kesadaran
muncul pada awal kehidupan. Bagian terpentingnya adalah Ego
·
Ketidaksadaran
merupakan pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang sadar menimbulkan kesan
sadar
·
Kesadaran
kolektif merupakan kepribadian yang dipengaruhi peristiwa-peristiwa yang di
alami oleh nenek moyangnya
TIPOLOGI JUNG
Menurut
attitude dibagi menjadi tipe introvers
( tertutup) dan ekstravers (terbuka)
-
Tipe introvers (tertutup)
Orang yang bertipe tersebut terutama dipengaruhi oleh
dunia subjektif, yaitu dunia didalam dunianya sendiri. Adapun bahaya yang
terdapat di dalam diri berkepribadian introvert itu sendiri ialah apabila jarak
dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia
objektifnya.
-
Tipe ekstravers
(terbuka)
Orang yang bertipe ekstravers terutama dipengaruhi
oleh dunia objektif, yaitu dunia diluar dirinya. Adapun bahaya dari orang yang
bertipe ekstravers ini ialah apabila keterikatan kepada dunia luar itu
terlampau kuat, sehingga ia tenggelam didalam dunia objektif, kehilangan
dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.
1. Definisi dan Struktur Kepribadian
Jung tidak berbicara
tentang kepribadian, melainkan tentang psyche. Jung menjelaskan bawha
kepribadian itu adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik
yang di sadari maupun yang tidak disadari.
Adapun struktur
kepribadian manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kesadaran dan
dimensi ketidak sadaran. Kedua dimensi ini saling mengisi dan mempunyai fungsi
masing-masing dalam penyesuaian diri. Dimensi kesadaran berupaya menyesuaikan
terhadap dunia luar individu, dan dimensi ketidak sadaran berupaya menyesuaikan
terhadap dunia dalam individu. Berikut ini adalah uraian kedua dimensi tersebut.
A)
Dimensi
Kesadaran Kepribadian
Dimensi
kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri
dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi,
ego dipandang berada di dimensi kesadaran
Dimensi
kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap
jiwa. Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak
berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan menjadi empat
fungsi jiwa, yaitu pikiran, perasaan, pendriaan, dan intuisi. Dalam berfungsinya fungsi-fungsi rasional bekerja
dengan penilaian : pikiran menilai atas dasar benar dan salah, sedangkan
perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua fungsi
yang irasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya
semata-mata mendapat pengamatan : pendirian mendapatkan pengamatan dengan
sadar’indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak
sadar’naluriah.
Berikut
ini adalah tabel fungsi jiwa menurut Jung
No
|
Fungsi
Jiwa
|
Sifatnya
|
Cara
Bekerjanya
|
1
|
Pikiran
|
Rasional
|
Dengan penilaian
(benar/salah)
|
2
|
Perasaan
|
Rasional
|
Dengan penilaian
(senang / tidak senang)
|
3
|
Pendriaan
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian
(sadar melalui indera)
|
4
|
Intuisi
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian
(tidak sadar – melalui naluri)
|
Pada
dasarnya manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, tetapi biasanya hanya salah
satu fungsi saja yang berkembang (dominan). Fungsi yang paling berkembang itu
merupakan fungsi superior dan menentukan tipe kepribadian orangnya. Jadi ada
tipe orang pemikir, perasa, pendria, dan ituitif.
TIPOLOGI JUNG
Dengan mendasarkan pada
dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua
atau delapan tipe, empat tipe extravers dan empat tipe introvers. Empat tipe
ini sudah di jelaskan di atas, yaitu tentang pikiran, perasaan, pendriaan, dan
ituisi.
Berikut ini adalah tabel tipologi Jung
Sikap jiwa
|
Fungsi jiwa
|
Tipe
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstravers
|
Pikiran
|
Pemikir
ekstravers
|
Perasa introvers
|
Perasaan
|
Perasa
ekstravers
|
Pemikir
introvers
|
|
Pendriaan
|
Pendria
ekstravers
|
Intuitif
introvers
|
|
Intuisi
|
Intuitif
ekstravers
|
Pendria
introvers
|
|
Introvers
|
Pikiran
|
Pemikir
introvers
|
Perasa
ekstravers
|
Perasaan
|
Perasa introvers
|
Pemikir ekstravers
|
|
Pendriaan
|
Pendria
introvers
|
Intuitif
ekstravers
|
|
Intuisi
|
Intuitif
introvers
|
Pendria
ekstravers
|
B)
Dimensi
Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi
ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran, yaitu :
ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi
diperoleh individu selama hidupnya, namun tertekan dan terlupakan. Sedangkan
ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama
pertumbuhan jiwanya melalui generasi yang terdahulu (endapan cara yang khas
manusia mereaksi sejak zaman dahulu terhadap situasi ketakutan, bahaya,
perjuangan, dan sebagainya).
Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks
(konstelasi)perasaan, pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam
ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet
yang menarik berbagai pengalaman ke arahnya. Suatu kompleks bisa bertindak
sebagai kepribadian otonom yang memiliki kepribadian jiwa dan sumber
penggeraknya sendiri. Ia bisa memegang control atas kepribadian dan
menggunakannya untuk tujuannya sendiri. Kompleks itu bersifat tak sadar, tetapi
masing-masing kaitan tersebut dapat dan sering kali menjadi sadar.
Ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh
seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi terdahulu.
Daerah ketidaksadaran kolektif yang berdekatan dengan daerah ketidaksadaran
pribadi berisi emosi dan dorongan primitive.
Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah
gudang bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang.
Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi berulang selama
banyak generasi. Ketidaksadaran kolektif hampir seluruhnya terlepas dari segala
segi pribadi dalam kehidupan seseorang dan nampaknya bersifat universal.
Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran
kolektif itu dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia. Kesamaan
struktur otak manusia ini disebabkan oleh evolusi umum.
Menurut Jung kompleks merupakan sesuatu yang tidak
dapat diselesaikan dalam kepribadian. Perwujudan ketidaksadaran yang lain
adalah mimpi, fantasi, dan khayalan. Bagi Jung, mimpi itu mempunyai fungsi yang
konstruktif yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik. Bagi Jung
mimpi tidak hanya merupakan manifestasi dari hal yang patologis, tetapi sering
merupakan manifestasi dari ketidaksadaran kolektif dan banyak juga mempunyai
arti ramalan.
Di samping mimpi, Jung juga mengemukakan tentang
fantasi dan khayalan sebagai bentuk manifestasi (perwujudan) ketidaksadaran.
Fantasi dan Khayalan ini berkaitan dengan mimpi dan timbul pada waktu taraf
kesadaran rendah.
Adapun arkhetipe adalah bentuk pendapat instinktif dan
reaksi instinktif terhadap situasi tertentu yang terjadi di luar kesadaran.
Arkhetipe itu dibawa sejak lahir dan tumbuh
pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia. Jadi arkhetipe tidak
bergantung kepada manusia perseorangan. Arekhetipe merupakan pusat serta medan
tenaga dari ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia.
2. Dinamika Kepribadian
Dinamika
kepribadian itu disebabkan oleh enegi psikis yang disebut Libido. Libido itu
adalah intensitas kejadian psikis yang hanya dapatr diketahui lewat peristiwa
psikis. Pengertian Libido ini sama dengan pengertian energy dalam ilmu alam
yaitu sebagai abstraksi atau (gambaran) yang menyatakan relasi dinamis.
Keribadian adalah suatu system energy yang tetutup tetapi tidak untuk
seluruhnya, sifat teertutupnya tidak sempurna karena energi dari sumber luar
dapat masuk dari sistem ini.
Kepribadian
dikatakan sebagai suatu system energy yang tertutup karena kepribadian
mempunyai prinsip mengatur diri sendiri atas dasar hokum tertentu. Dalam
struktur kepribadian terdapat pasangan berlawanan : pikiran – perasaan,
pendirian – intuisi, kesadaran – ketidaksadaran, dalam keadaan bangun – dalam
keadaan mimpi, anima animus, aku – baying – baying, dan sebagainya.
Dalam
dinamika kepribadian ada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan
entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hokum penyimpanan energy dalam
thermodinamika yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz yang mengatakan bahwa
jumlah energy itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah. Jadi dalam
seluruh system kepribadian itu banyaknya energy tetap hanya distribusinya yang
berubah.
Berdasarkan
prinsip ekuifalens tersebut maka hal-hal yang berpasangan – berlawanan itu
berhubungan secara komplementer atau kompensatoris, artinya pengurangan energy
pada suatu aspek berarti penambahan pada suatu aspek pasangan lainnya.
Perlu
diingat bahwa hokum penyimpanan energy itu tidak dapat berlaku mutlak pada
system kepribadian itu, karena kepribadian tidak seluhnya tertutup. Pertambahan
atau pengurangan energy pada kepribadian adalah mungkin.
Prinsip
kedua dalam termodinamika adalah entropi. Prinsip ini mengatakan bahwa apabila
dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari
yang lebih panas pada yang lebih dingin. Prinsip ini diambil oleh Jung untuk
menggambarkan dinamika kepribadian yaitu distribusi energy di dalam kepribadian
itu selalau menuju keseimbangan. Kendatipun keseimbangan kekuatan yang permanen
dalam kepribadian tidak pernah tercapai, tetapi hal ini merupakan keadaan ideal
yang selalu dituju oleh distribusi energy. Prinsip entropi inilah yang
menimbulkan hubungan kompensyatoris antara pasangan yang berlawanan seperti
telah dijelaskan diatas.
Ferak
progesif adalah gerak ke kesadaran dan berbentuk proses penyesuaian
terus-menerus terhadap tuntutan kehidupan sadar.
Keempat
fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi) yang pokok dan kedua
sikap jiwa (ekstravers dan entrovers) serta berbagai system yang membentuk
keseluruhan kepribadian berinteraksi satu sam lain dalam tiga macam cara yaitu
sebagai berikut :
a.
Suatu aspek atau system mengkompensasikan kelemahannya terhadap yang
lain.
b.
Suatu aspek atau system menentang aspek atau system yang lain.
c.
Satu atau dua system mungkin bersatu untuk membentuk sintesis.
3. Perkembangan kepribadian
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan kepribadian
dalam cara seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ahli kepribadian. Dia
berbicara perkembangan umat dan manusia menuju ke taraf yang lebih sempurna.
Tujuan perkembangan manusia itu adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri
berarti diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras seluruh aspek
kepribadian manusia. Ini berarti psyche, memiliki pusat baru yaitu diri yang
menggantikan tempat aku.
Jung berpendapat bahwa kepribadian itu mepunyai kecenderungan
untuk berkembang kea rah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan kepribadian
ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau penemuan diri) yang semula
tidak punya diferensiasi dan tujuan. Supaya tujuan perkembangan ini dapat
tercapai, maka semua aspek kepribadian harus mengalami diferensiasi dan
perkembangan sepenuhnya.
4. Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Proses individuasi
ini ditandai oleh bermacam-macam perjuangan batin melalui bermacam-macam tahap
perkembangan.
a. Tahap pertama
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada
dalam ketidaksadaran. Dengan cara lain, tegangan dalam batin berkurang dan
kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaina diri meningkat.
b. Tahap kedua
Membuat sadar image dengan menyadari image ini, orang
akan mampu melihat kelemahan-kelemahannya sendiri yang diproyeksikan.
c. Tahap ketiga
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan
pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah. Manusia harus tabah
menghadapi masalah ini serta dapat mengatasinya.
d. Tahap keempat
Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan
ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antar segala aspek dari
kepribadian yang ditibulkan oleh titi pusat kepribadian yaitu diri.
5. Implikasi teori Kepribadian Psikoanalitik Jung terhadap Bimbingan dan
Konseling
Tujuan
bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung adalah membantu
perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri berarti
terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling hubungan yang selaras diantara
seluruh aspek kepribadian manusia.
Seorang konselor hendaknya menyadari
bahwa perkembangan psikis manusia adalah suatu langkah maju yang terus menerus.
Manusia primitive maju kepada manusia yang berkebudayaan kompleks dan manusia
yang berkebudayaan kompleks akan maju terus.
Konselor berpandangan bahwa
baik masa lalu maupun masa depan klien kedua-duanya
Harus dipertimbangkan dalam
proses bimbingan dan konseling. Kausalitas dan teleology manusia kedua-duanya
penting dalam memandang perkembangan kepribadian.
Kesimpulan
Pandangan
Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrosprektif. Prospektif dalam
arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke depan kea rah garis perkembangan sang
pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa
lampau sang pribadi.
Menurut
Jung, melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur.
Manusia modern dibentuk ke dalam bentuknya yang sekarang oleh pengalaman
kumulatif generasi masa lampau yang merentang jauh ke belakang sampai asal
manusia yang samar dan tidak diketahui.
DAFTAR
PUSTAKA
Jung, C.G., Psychologische
Typen. (Terj.Rob Limburg), service, s’Gravenhage, 1953
Jung, C.G Psychologie
engodsdienst (Terj.Elisabeth Camerling). L.J. Ween-Amsterdam, Het Kompas,
Amsterdam, 1953
0 komentar:
Post a Comment