GAGASAN ERIKSON MENGENAI IDENTITAS
Siapakah aku ini? Apakah
keunikan itu? Bagaimana caranya agar aku dapat membuat diriku unik?
Pertanyaan-pertanyan ini, yang biasanya tidak muncul di masa kanak-kanak,
menjadi umum dialami masa remaja. Remaja menuntu selalu terhadap
pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas. Erick Erikson (1950,1968)
aalahtokpentingnya oh pertama yang menyadari betapa pentingnya
pertanyaan-pertanyaaan semacam itu untuk memahami perkembangan remaja. Apabila
kini identititas diyakini sebagai konsep kunci dalam memahami perkembangan
remaja, maka hal ini merupakan jasa langsung dari pemikiran dan anaisis Erikson
yang luar biasa itu.
MENINJAU KEMBALI PANDANAN ERIKSONMENGENAI IDENTITAS VERSUS KEBINGUNGAN
IDENTITAS
Dimasa ini remaja harus memutuskan
siapakah mereka itu, apa keunikannya, dan apa ang menjadi tujuan hidupnya.
Mereka dihadapkan pada berbagai peran, mulai dari peran pekerjaan hingga peran
dalam relasi romantic. Anak muda yang berhasil mengatasi dan menerima
peran-peran yang saling berkonflik satu sama lain berindetifikasi dengan sebuah
penghayalan dri yang baru, yang menyegarkan dan dapat diterima. Menurut Eriksn,
remaja yang tidk berhasil mengatasi krisis identitas akn menderita kebingunagan
identitas. Mereka ini dapat menarik diri, mengisolasi diri dari kawan-kawan dan
kehilangan identitasnya sendiri dalam kerumunan itu.
KEPRIBADIAN DAN ESPERIMEN PERAN
Ketika
remaja secara perlahan-lahan muai menyadari bahwa mereka akan segera
bertanggung jawab terhadap drinya sendiri dan kehidupannya, mereka mulai
mencari kehidupan seperti bagaimankah yang ingin mereka jalani. Terdapat
ratusan literatur mengenai peran-peran yang dapat dicoba oleh remaja, seperti
halnya mungkin juga terdapat begitu banyak cara yang ditempuh untuk mengejar
setiap peran. Menurut Erikson, dimasa remaja ahir, peran vokasional menjadi hal yang penting bagi perkembangan identitas,
khususnya didalam masyaraat yang dimiliki tekhnlogi tinggi seperti di Amerika
serikat.
Menurut Erikson, sebagai
sebuah potret-diri, identitas terdiri dari berbagai potongan:
·
Jalur karier dan pekerjaan yang ingin diikuti
(identitas pekerjaan/karier)
·
Apakah seseorang itu memiliki aliran politik dan
konservati, liberal, atau brada diantara keduanya (identitas politik)
·
Keyakinan spiritual seseorang (identitas religius)
·
Apakah seseorang hidup melajan, menikah, bercerai,
atau hidup bersama (identitas relasi)
·
Apakah seseorang itu homoseksual , heteroseksual, atau
biseksual (identitas seksual)
·
Sejauh mana seseorang termotivasi untuk berprestasi
dan enjadi seseorang yang itelek (identitas prestasi, intelektual)
·
Bagian dari dunia atau Negara manakah seseorang itu
erasal dan seberapa intensifkah orang itu beridentifikasi dengan warisan budayanya
(identitas budayaetis)
·
Hal-hal yang gemar dilakukan seseorang, termasuk
olahraga, music,dan hobi (minat)
·
Karakteristik kepribdian individu(intriovert aau
ekstrovert, cemas atau kalem, bershabat atau bermusuhan, dan seterusnya)
(kepribadian)
·
Gambaran tubuh seseorang (identitas fisik)
BEBERAPA GAGASAN KONTEMPORER MENGENAI IDENTITAS
Pembentukan
identitas tidak berlangsung secara rapi maupun secara tiba-tiba yang
menimbulkan perubahan besar. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perubahan
identitas melibakan prose sang panjang. Mensintesiskan komponen-kmponen pada
suatu arah vokasional, sikap ideologis, dn orienasi panjang, menyita banyak
enrgi, yang disertai dengan hubungan dengan berbaga negosiasi maupun afirmasi
mengenai berbagai peran. Perkembangan identitas berlangsung secara sdikit demi
sedikit. Keputusan tidak dibuat sekali berlaku seumur hidup. Sementara
keputusan yang di buat di suatu waktutampaknya sederhana-kencan sdengan siapa,
hendak melakukan hubungan seks atau tidak, hendak cerai atau tidak, hendak
mengonsumsi obat terlarang atau tidak-selama bertahun-tahun, keputusan yang
diambil tersebut mulai membentuk inti kepribadian seperti apakah indivdu
tersebut.
EMPAT STATUS IDENTITAS
James
Marcia (1980, 1994) berpendapat bahwa teori perkembangan identitas Erikson
terdiri dari empat status idetitas atau cara yang ditempuh untuk menyelesaikan
krisis identitas yaitu : identity
deffusion, identity foreclouser, identity moratorium, dan identity achievement. Marcia meggunakan
krisis dan komitemen individu untuk mengklasifikasikan idividu menurut empat
status identitas ini.
Sekarang kita mengkaji status identitas yang
dikeukakan oleh Marcia:
·
Identity Deffusion, adalah istilah yang digunakan Marcia untuk merujuk pada
kondisi reaja yang belum pernah mengalami krisis(belum pernah mengeksplorasi
berbagai alternatifyang bermkna)atau pun membuat komitmen apa pun. Mereka tidak
hanya menbuat keputusan yang menyangkut pilihan pekerjaan atau ideology, mereka
juga cenderug kurang berminat terhadap hal-hal semacam itu
·
Identity Foreclouser, istilah yang digunakan Marcia untuk meruuk pada
kondisi remaja yang telah embuat komitmen namun tidak pernah mengalami krisis
identitas. Kasus ini seringkali terjadi jika orang tua meneruskan komitmen paa
remaja, biasanya secara otoriter. Remaja denga staus identitas ini belum
memiliki kesepatan untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan, ideologis, dan
pekerjaanya endiri.
·
Identity Moratorium, istilah ini yang digunakan Marcia untuk merujuk pada
kondisi remaja yang ada di pertengahan krisis namun belum memiliki komitmen
yang jelas teradap identitas tertentu.
·
Identity Achievement, istilah yang digunakan Marcia untuk merujuk pada
kondisi remaja yang telah mengatasi krisis identitas dan membuat komitmen.
PERUBAHAN PERKEMANGAN DALAM IDENTITAS
Dimasa remaja awal, sebagian besar
anak muda terutama memiliki status identitas diffusion, foreclouser, atau moratorium. Menurut Marcia (1987,1996)
terdapat minimal tiga aspek pembentkan identias. Remaja muda tersebut harus
yakin bahwa mereka meperoleh dukungan dari orang tua, arus mencapai prakarsa
dan harus mampu melakuka refleksi-diri menyangkut masa depannya. Para peneliti
memperlihatkan bahwa koselidasi identitas-proses memperhalus dan meningkatkan
pilihan idetitas yang berlangsung ketika seseorang beranjak dewas-langsung
secara baik dimasa dewasa awal dan diawal dari masa dewasa menengah (pals,1999)
Beberapa
penelitian berpendapat bahwa terdapat suatu pola dari individu-individu yang
mengembagkan idntitas positif yang disebut dengan siklus “MAMA”: moratorium-achievment-moratorium-achievment
(Archer, 1989). Individu-individu dapat mengulang sikus ini sepanjang hidupnya
seiring dengan perubahan dalam pribadi, keluarga, social, yang menuntut mereka
untuk mengeksplorisasi berbagai alternative baru dan mengembangkan komitmen
baru (Francis, Fraser, Marcia, 1989). Sesungguhnya Marcia berbendapat bahwa
identitas pertama yang bersifat sederhana identitas pertama tersebut tidak dan
seharusnya tidak diharapkan menjadi hasil final.
PENGARUH KELUARGA TERHADAP IDENTIAS
Orang
tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja.
Dalam study-study yang mengaitkan perkembangan identitas dengan gaya pegasuhan,
ditemuan bahwa orang tua demokratis yang medorong remaja untuk berpartisipasi
dalam pegambilan keputusan. Disamping gaya pengasuhan, para peneliti mengkaji
peran individualitas dan keterjalinan
dalam perkembangan identitas. Grotevant dan Coorper (1985, 1998)
berpendapat bahwa atmosfir eluaraga yang mendukung individualitas dan keterjalinan
merupakan hal yang penting bagi perkembangan identitas remaja. Coorper dan
rekan-rekan mndefinisikan itilah-istilah ini sebagai berikut :
·
Iividualitas (individuality), terdiri dari dua dimensi
, pernyataan diri atau kemampuan untuk memiliki dan mengomunikasikan untuk
mengekporasikan perbedaan seseorang diri yang lain.
·
Keterjalinan (connectedness) terdiri dari dua dimensi:
mutualitas, yang mencakup sensitivitas dan penghargaan terhadap pandagan orang
lain, serta permebealitas, yang mncakup keterbukan terhadap pandangan orang
lain
Secara umum riset Cooper
mengidentifikasikan bahwa pembetukan identitas ditingkatkan melalui relasi
keluarga. Relasi keluarga ni haru memungkinkan individuasi, yang mendorong
remaj untuk mngembangkan sudut pandanggnya sendiri, serta memungkinkan
keterjalinanan, yangmemeberkan keamanan
dasar sehingga remaja dapat mengeksplorasi dan memperluas dunia kerjanya.
Perilaku orang tau yang membolehkan (seperti
menjelaskan, menerima, dan empati) akan endorong perkembangan identitas remaja
dibandingkan orang tua yang menampilkan perilaku memaksa (seperti menilai dan
merendahkan). Singkatnya, gaya interaksi keluarga yang memberkan kesempatan
kepada remaja untuk bertanya dari untuk brbeda pendapat daam konteks yang
saling mendukung, akan mengembagkan pola perkembangan identitas yang
sehat(Harter, 1990)
IDENTITAS BUDAYA DAN ETNIS
Erikson
secara khusus peka terhadap peran budaya dalam perkebangan identitas. Menurut
Erikson, perjuangan untuk mencapa identitas etnik tersendiri didalam budaya ini
telah menjadi daya pendorong bagi berkembangnya gereja yang terkemuka,
kerajaan, dan revolusi disepanjang sejarah.
Para peneliti telah menemukan bahwa
identitas etnis cenderung meningkat seirng denga usia, dan tinkat identitas
etnis yang lebh tinggi berkaitan dengan sikp-sikap yang lebih positif , tidak
hanya terhadap kelompok etnisnya sendiri namun juga terhadap anggota-anggota
dari kelompok etnis yang lain (Phinney, Ferguson, &Tate, 1997). Identias
etnis juga lebih kuat di antara aggota kelompok minoritas dibandingkan diatara anggota keompok
mayoritas. Dalam sebuah penyalidikan, para peneliti menemukan bahwa eksplorasi
identits etnis lebih tinggi diantara para mahasiswa kampus dari etnis minoritas
daiantara para mahasiswa kulit putih Non-Latin (Phinney & Alipuria, 1990).
GENDER DAN IDENTITAS
Menurut
Erikson, laki-laki terutma berorientasi pada karir dan komitmen ideologi,
seentara perempuan terutama berorientasi pada perkawinan dan engasuhan anak.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, para
peneliti menemukan bukti-bukti yang mendukung pendapatnya mengenai
perbedaan gender dalam identitas.
IDENTITAS DAN INTIMASI
Intimasi versus isolasi
adalah tahap perkembangan keenam menurut Erikson, yang dialami oleh idividu
dimasa dewasa awal. Dimasa ini, individu berhadapan dengan tugas untuk
membentuk relasi yang intim dengan orang lain. Erikson menyataan intimasi
sebagai menemukan diri sendiri, sekaligus kehilangan diri sendiri. Apabila
seorang dewasa muda dapat membentuk persahabatan yang sehat dan relasi yang intim
dengan individu lain maka ia akan mencapai intimasi; apabila tidak ian akan
mengalami isolasi.
Ketidak mampuan
mengembangkan relasi yang bermakna dengan orang lain dapat meluakai kepribadian
individu. Hal ini dapat membuat individu untuk tidak mengakui, mengabaikan,
atau menyerang meraka yang menimblkan frustasi. Kondisi ini dapat menjelaskan
upaya anak muda yang dangkal namun hamper menyedihkan untuk mengikatkan dirinya
dengan seorang pemimpin
DAFRAR PUSTAKA
Santrock,
John W.2007.Remaja edisi kesebelas.Jakarta:penerbit
Erlangga
0 komentar:
Post a Comment