Sunday, October 13, 2019

GAGASAN ERIKSON MENGENAI IDENTITAS


GAGASAN ERIKSON MENGENAI IDENTITAS


Siapakah aku ini? Apakah keunikan itu? Bagaimana caranya agar aku dapat membuat diriku unik? Pertanyaan-pertanyan ini, yang biasanya tidak muncul di masa kanak-kanak, menjadi umum dialami masa remaja. Remaja menuntu selalu terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas. Erick Erikson (1950,1968) aalahtokpentingnya oh pertama yang menyadari betapa pentingnya pertanyaan-pertanyaaan semacam itu untuk memahami perkembangan remaja. Apabila kini identititas diyakini sebagai konsep kunci dalam memahami perkembangan remaja, maka hal ini merupakan jasa langsung dari pemikiran dan anaisis Erikson yang luar biasa itu.
MENINJAU KEMBALI PANDANAN ERIKSONMENGENAI IDENTITAS VERSUS KEBINGUNGAN IDENTITAS
            Dimasa ini remaja harus memutuskan siapakah mereka itu, apa keunikannya, dan apa ang menjadi tujuan hidupnya. Mereka dihadapkan pada berbagai peran, mulai dari peran pekerjaan hingga peran dalam relasi romantic. Anak muda yang berhasil mengatasi dan menerima peran-peran yang saling berkonflik satu sama lain berindetifikasi dengan sebuah penghayalan dri yang baru, yang menyegarkan dan dapat diterima. Menurut Eriksn, remaja yang tidk berhasil mengatasi krisis identitas akn menderita kebingunagan identitas. Mereka ini dapat menarik diri, mengisolasi diri dari kawan-kawan dan kehilangan identitasnya sendiri dalam kerumunan itu.
KEPRIBADIAN DAN ESPERIMEN PERAN
            Ketika remaja secara perlahan-lahan muai menyadari bahwa mereka akan segera bertanggung jawab terhadap drinya sendiri dan kehidupannya, mereka mulai mencari kehidupan seperti bagaimankah yang ingin mereka jalani. Terdapat ratusan literatur mengenai peran-peran yang dapat dicoba oleh remaja, seperti halnya mungkin juga terdapat begitu banyak cara yang ditempuh untuk mengejar setiap peran. Menurut Erikson, dimasa remaja ahir, peran vokasional menjadi hal yang penting bagi perkembangan identitas, khususnya didalam masyaraat yang dimiliki tekhnlogi tinggi seperti di Amerika serikat.
Menurut Erikson, sebagai sebuah potret-diri, identitas terdiri dari berbagai potongan:
·         Jalur karier dan pekerjaan yang ingin diikuti (identitas pekerjaan/karier)
·         Apakah seseorang itu memiliki aliran politik dan konservati, liberal, atau brada diantara keduanya (identitas politik)
·         Keyakinan spiritual seseorang (identitas religius)
·         Apakah seseorang hidup melajan, menikah, bercerai, atau hidup bersama (identitas relasi)
·         Apakah seseorang itu homoseksual , heteroseksual, atau biseksual (identitas seksual)
·         Sejauh mana seseorang termotivasi untuk berprestasi dan enjadi seseorang yang itelek (identitas prestasi, intelektual)
·         Bagian dari dunia atau Negara manakah seseorang itu erasal dan seberapa intensifkah orang itu beridentifikasi dengan warisan budayanya (identitas budayaetis)
·         Hal-hal yang gemar dilakukan seseorang, termasuk olahraga, music,dan hobi (minat)
·         Karakteristik kepribdian individu(intriovert aau ekstrovert, cemas atau kalem, bershabat atau bermusuhan, dan seterusnya) (kepribadian)
·         Gambaran tubuh seseorang (identitas fisik)

BEBERAPA GAGASAN KONTEMPORER MENGENAI IDENTITAS
            Pembentukan identitas tidak berlangsung secara rapi maupun secara tiba-tiba yang menimbulkan perubahan besar. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perubahan identitas melibakan prose sang panjang. Mensintesiskan komponen-kmponen pada suatu arah vokasional, sikap ideologis, dn orienasi panjang, menyita banyak enrgi, yang disertai dengan hubungan dengan berbaga negosiasi maupun afirmasi mengenai berbagai peran. Perkembangan identitas berlangsung secara sdikit demi sedikit. Keputusan tidak dibuat sekali berlaku seumur hidup. Sementara keputusan yang di buat di suatu waktutampaknya sederhana-kencan sdengan siapa, hendak melakukan hubungan seks atau tidak, hendak cerai atau tidak, hendak mengonsumsi obat terlarang atau tidak-selama bertahun-tahun, keputusan yang diambil tersebut mulai membentuk inti kepribadian seperti apakah indivdu tersebut.
EMPAT STATUS IDENTITAS
            James Marcia (1980, 1994) berpendapat bahwa teori perkembangan identitas Erikson terdiri dari empat status idetitas atau cara yang ditempuh untuk menyelesaikan krisis identitas yaitu : identity deffusion, identity foreclouser, identity moratorium, dan identity achievement. Marcia meggunakan krisis dan komitemen individu untuk mengklasifikasikan idividu menurut empat status identitas ini.
 Sekarang kita mengkaji status identitas yang dikeukakan oleh Marcia:
·         Identity Deffusion, adalah istilah yang digunakan Marcia untuk merujuk pada kondisi reaja yang belum pernah mengalami krisis(belum pernah mengeksplorasi berbagai alternatifyang bermkna)atau pun membuat komitmen apa pun. Mereka tidak hanya menbuat keputusan yang menyangkut pilihan pekerjaan atau ideology, mereka juga cenderug kurang berminat terhadap hal-hal semacam itu
·         Identity Foreclouser, istilah yang digunakan Marcia untuk meruuk pada kondisi remaja yang telah embuat komitmen namun tidak pernah mengalami krisis identitas. Kasus ini seringkali terjadi jika orang tua meneruskan komitmen paa remaja, biasanya secara otoriter. Remaja denga staus identitas ini belum memiliki kesepatan untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan, ideologis, dan pekerjaanya endiri.
·         Identity Moratorium, istilah ini yang digunakan Marcia untuk merujuk pada kondisi remaja yang ada di pertengahan krisis namun belum memiliki komitmen yang jelas teradap identitas tertentu.
·         Identity Achievement, istilah yang digunakan Marcia untuk merujuk pada kondisi remaja yang telah mengatasi krisis identitas dan membuat komitmen.

PERUBAHAN PERKEMANGAN DALAM IDENTITAS
            Dimasa remaja awal, sebagian besar anak muda terutama memiliki status identitas diffusion, foreclouser, atau moratorium. Menurut Marcia (1987,1996) terdapat minimal tiga aspek pembentkan identias. Remaja muda tersebut harus yakin bahwa mereka meperoleh dukungan dari orang tua, arus mencapai prakarsa dan harus mampu melakuka refleksi-diri menyangkut masa depannya. Para peneliti memperlihatkan bahwa koselidasi identitas-proses memperhalus dan meningkatkan pilihan idetitas yang berlangsung ketika seseorang beranjak dewas-langsung secara baik dimasa dewasa awal dan diawal dari masa dewasa menengah (pals,1999)
            Beberapa penelitian berpendapat bahwa terdapat suatu pola dari individu-individu yang mengembagkan idntitas positif yang disebut dengan siklus “MAMA”: moratorium-achievment-moratorium-achievment (Archer, 1989). Individu-individu dapat mengulang sikus ini sepanjang hidupnya seiring dengan perubahan dalam pribadi, keluarga, social, yang menuntut mereka untuk mengeksplorisasi berbagai alternative baru dan mengembangkan komitmen baru (Francis, Fraser, Marcia, 1989). Sesungguhnya Marcia berbendapat bahwa identitas pertama yang bersifat sederhana identitas pertama tersebut tidak dan seharusnya tidak diharapkan menjadi hasil final.
PENGARUH KELUARGA TERHADAP IDENTIAS
            Orang tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja. Dalam study-study yang mengaitkan perkembangan identitas dengan gaya pegasuhan, ditemuan bahwa orang tua demokratis yang medorong remaja untuk berpartisipasi dalam pegambilan keputusan. Disamping gaya pengasuhan, para peneliti mengkaji peran individualitas dan keterjalinan  dalam perkembangan identitas. Grotevant dan Coorper (1985, 1998) berpendapat bahwa atmosfir eluaraga yang mendukung individualitas dan keterjalinan merupakan hal yang penting bagi perkembangan identitas remaja. Coorper dan rekan-rekan mndefinisikan itilah-istilah ini sebagai berikut :
·         Iividualitas (individuality), terdiri dari dua dimensi , pernyataan diri atau kemampuan untuk memiliki dan mengomunikasikan untuk mengekporasikan perbedaan seseorang diri yang lain.
·         Keterjalinan (connectedness) terdiri dari dua dimensi: mutualitas, yang mencakup sensitivitas dan penghargaan terhadap pandagan orang lain, serta permebealitas, yang mncakup keterbukan terhadap pandangan orang lain
Secara umum riset Cooper mengidentifikasikan bahwa pembetukan identitas ditingkatkan melalui relasi keluarga. Relasi keluarga ni haru memungkinkan individuasi, yang mendorong remaj untuk mngembangkan sudut pandanggnya sendiri, serta memungkinkan keterjalinanan, yangmemeberkan  keamanan dasar sehingga remaja dapat mengeksplorasi dan memperluas dunia kerjanya.
Perilaku orang tau yang membolehkan (seperti menjelaskan, menerima, dan empati) akan endorong perkembangan identitas remaja dibandingkan orang tua yang menampilkan perilaku memaksa (seperti menilai dan merendahkan). Singkatnya, gaya interaksi keluarga yang memberkan kesempatan kepada remaja untuk bertanya dari untuk brbeda pendapat daam konteks yang saling mendukung, akan mengembagkan pola perkembangan identitas yang sehat(Harter, 1990)
IDENTITAS BUDAYA DAN ETNIS
            Erikson secara khusus peka terhadap peran budaya dalam perkebangan identitas. Menurut Erikson, perjuangan untuk mencapa identitas etnik tersendiri didalam budaya ini telah menjadi daya pendorong bagi berkembangnya gereja yang terkemuka, kerajaan, dan revolusi disepanjang sejarah.
Para peneliti telah menemukan bahwa identitas etnis cenderung meningkat seirng denga usia, dan tinkat identitas etnis yang lebh tinggi berkaitan dengan sikp-sikap yang lebih positif , tidak hanya terhadap kelompok etnisnya sendiri namun juga terhadap anggota-anggota dari kelompok etnis yang lain (Phinney, Ferguson, &Tate, 1997). Identias etnis juga lebih kuat di antara aggota kelompok minoritas  dibandingkan diatara anggota keompok mayoritas. Dalam sebuah penyalidikan, para peneliti menemukan bahwa eksplorasi identits etnis lebih tinggi diantara para mahasiswa kampus dari etnis minoritas daiantara para mahasiswa kulit putih Non-Latin (Phinney & Alipuria, 1990).
GENDER DAN IDENTITAS
            Menurut Erikson, laki-laki terutma berorientasi pada karir dan komitmen ideologi, seentara perempuan terutama berorientasi pada perkawinan dan engasuhan anak. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, para  peneliti menemukan bukti-bukti yang mendukung pendapatnya mengenai perbedaan gender dalam identitas.
IDENTITAS DAN INTIMASI
Intimasi versus isolasi adalah tahap perkembangan keenam menurut Erikson, yang dialami oleh idividu dimasa dewasa awal. Dimasa ini, individu berhadapan dengan tugas untuk membentuk relasi yang intim dengan orang lain. Erikson menyataan intimasi sebagai menemukan diri sendiri, sekaligus kehilangan diri sendiri. Apabila seorang dewasa muda dapat membentuk persahabatan yang sehat dan relasi yang intim dengan individu lain maka ia akan mencapai intimasi; apabila tidak ian akan mengalami isolasi.
Ketidak mampuan mengembangkan relasi yang bermakna dengan orang lain dapat meluakai kepribadian individu. Hal ini dapat membuat individu untuk tidak mengakui, mengabaikan, atau menyerang meraka yang menimblkan frustasi. Kondisi ini dapat menjelaskan upaya anak muda yang dangkal namun hamper menyedihkan untuk mengikatkan dirinya dengan seorang pemimpin


  
DAFRAR PUSTAKA
Santrock, John W.2007.Remaja edisi kesebelas.Jakarta:penerbit Erlangga

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.