BAB V
STUDI KEPUSTAKAAN
KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari bab ini diharapkan
mahasiswa memiliki kompetensi :
1. Menyusun kajian
teori untuk dasar penelitian
2. Menyusun kerangka
pemikiran
3. Merumuskan hipotesis
MATERI
A. Kajian
Teori/Pustaka
Suatu landasan teori dari suatu
penelitian atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau
tinjauan pustaka. Kajian pustaka / teori mempunyai peranan penting dalam
penelitian kuantitatif. Teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan
generalisasi yang logis yang berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan sebagai stimulan dan panduan untuk
mengembangkan pengetahuan. Dengan kajian teori, peneliti dapat menjustifikasi
adanya masalah penelitian dan mengidentifikasikan arah penelitian. Justifikasi
masalah penelitian berarti peneliti menggunakan kepustakaan untuk menunjukkan
pentingnya permasalahan penelitian untuk diteliti. Sedangkan mengidentifikasi
arah penelitian berarti peneliti menelaah atau mengkaji kepustakaan dan
mengidentifikasi variabel-variabel yang perlu diuji dalam penelitian. Oleh
karena itu kajian teori bermanfaat sebagai berikut :
1.
Peneliti dapat mengenali teori-teori
dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu yang relevan
dengan variabel-variabel yang diteliti.
2.
Peneliti memahami perkembangan teori dalam
penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
3.
Peneliti dapat menghindari duplikasi.
4.
Peneliti dapat menggunakan teori untuk
menyusun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian.
Dalam
pencarian teori, peneliti harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitiannya. Sumber-sumber
kepustakaan dapat diperoleh dari: buku teks, e-book, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi,
tesis dan disertasi), abstrak, dan sumber-sumber lainnya yang sesuai. Oleh
karena itu studi kepustakaan dibedakan menjadi dua yaitu: kepustakaan
konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi
konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada buku-buku dan artikel yang ditulis
oleh para ahli yang dalam penyampaiannya ditentukan oleh ide-ide atau
pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya kepustakaan penelitian meliputi
laporan penelitian yang telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah
ilmiah.
Setelah
teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian secara komprehensif
selanjutnya peneliti perlu mengorganisasikan teori secara sistematis sebagai
bahan acuan selama melakukan penelitian. Caranya adalah sebagai berikut :
1.
Mulai dari materi hasil penelitian yang paling
relevan, relevan dan cukup relevan dengan masalah penelitian. Hasil
penelitian yang relevan bukan berarti sama persis dengan masalah yang diteliti,
namun masih dalam ruang lingkup yang sama. Relevansi dapat dilihat dari : waktu
penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis
dan kesimpulan.
2.
Mulai dari hasil penelitian yang paling
mutakhir dan berangsur-angsur mundur ke tahun-tahun yang lebih lama.
3.
Materi dikutip secara langsung, di
ringkas atau diuraikan dengan bahasa sendiri oleh peneliti agar peneliti
terhindar dari plagiator. Peneliti harus mencatat sumber informasi dan mencantumkannya dalam daftar pustaka.
Selanjutnya
langkah-langkah dalam mendeskripsikan teori adalah :
1.
Menetapkan nama variabel yang diteliti
2.
Mencari sumber bacaan yang relevan dengan
variabel
3.
Jika sumber pustakanya adalah buku teks,
maka peneliti hendaknya melihat daftar isi setiap buku dan pilihlah bagian yang
relevan dengan variabel.
4.
Jika sumber pustakanya adalah hasil
penelitian, maka peneliti hendaknya melihat judul penelitian, permasalahan,
teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel, teknik pengumpulan data,
analisis data dan kesimpulan serta saran).
5.
Membandingkan antara satu sumber dengan
sumber yang lain.
6.
Melakukan analisis, membuat rumusan
dengan bahasa peneliti dari teori-teori yang sudah di baca.
B. Kerangka
Pemikiran
Kerangka
pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat
mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka
memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan
antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Kerangka teori menjelaskan
secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang
bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam
penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka
pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap
masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan
antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil
penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Kerangka teori yang baik adalah sebagai berikut:
1.
Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus
jelas.
2.
Kerangka teori haruslah menjelaskan hubungan antara
variabel-variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.
3.
Kerangka teori tersebut lebih selanjutnya perlu
dinyatakan dalam bentuk diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari
jawabannya mudah dipahami.
Contoh : gaya kerangka
pemikiran penelitian yang biasa digunakan untuk model penelitian korelasi
dengan menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Kerangka pemikiran menggambarkan
dengan jelas semua variabel beserta indikatornya, hingga alat ukur yang
digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya korelasi antar variabel yang
ingin diteliti. Cara yang
terbaik untuk mengembangkan kerangka pikir tentu saja harus memperkaya
asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal
ini dapat diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada lingkup
masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka pikir yang
dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep
(deduksi) dan hasil empirikal (induksi). Pola berpikir deduksi adalah proses
logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu
yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir induksi adalah
proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada
suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan
fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman
hubungan atau suatu generalisasi.
Menyusun landasan teori
juga merupakan langkah penting untuk membangun suatu hipotesis. Landasan teori
yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan
teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada
saat menentukan suatu hipotesis penelitian.
C. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat sementara
yang dianggap benar sebelum dapat diuji kebenarannya, karena itu hipotesis
perlu dirumuskan secara teliti, terinci dan baik sebab bukan tidak mungkin
hipotesis yang dituliskan merupakan jawaban yang sebenarnya terhadap
permasalahan penelitian. Merumuskan hipotesis yang baik sangat berguna untuk
menjelaskan masalah, petunjuk pemilihan metodologi yang tepat dan menyusun
langkah dan pembuktian penelitian.
Hipotesis penelitian dapat
dirumuskan melalui :
1.
Membaca dan menelaah ulang
teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan
hubungannya dengan proses berfikir deduktif.
2.
Membaca dan mereviu
temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian
lewat berfikir induktif.
Hipotesis merupakan salah satu
bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan
penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya
hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan
sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti.
Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian,
dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik
akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak
relevan
Ada beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis,
diantaranya adalah :
1.
Hipotesis dirumuskan dalam
kalimat berita, bukan dalam kalimat tanya
2.
Hipotesis harus jelas tidak
bermakna ganda.
3.
Hipotesis dirumuskan secara
operasional sehingga memudahkan pengujiannya.
4.
Hipotesis berisi penyataan
mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
5.
Hipotesis harus dapat diuji
(testable), yaitu menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu
diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel tersebut.
Jika dilihat dari posisi dimana hipotesis ditempatkan,
maka hipotesis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Hipotesis Penelitian,
berfungsi memberikan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah sebagai rambu-rambu langkah penelitian selanjutnya.
2.
Hipotesis Statistika,
digunakan jika peneliti melakukan uji analisis dengan hanya menggunakan
sebagian dari keseluruhan data yang ada. Rumusan hipotesis penelitian, diuji
dengan menggunakan metode statistik, sehingga perlu diterjemahkan dalam bentuk
simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis statistik adalah
simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-besaran yang apa pada
populasi. Hipotesis statistik terdiri dari :
a.
Hipotesis Nihil (H0)
: Hipotesis nihil atau null hypothesis adalah hipotesis yang meniadakan
perbedaan antar kelompok atau meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel.
Hipotesis nihil berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar
variabel. Hipotesis ini diperoleh setelah peneliti mengkaji beberapa teori,
sehingga kebenarannya perlu diuji dengan menggunakan data yang dieksplorasi
dari subyek penelitian. Contoh dari hipotesis nol secara statistik adalah:
Ho: m1= m2
Ho: m1≠ m2
m1 = Rata-rata (populasi)
produktivitas kerja karyawan PT A
m2 = Rata-rata (populasi)
produktivitas kerja karyawan PT B
H0
berarti tidak ada perbedaan antara nilai rerata variabel pertama dengan nilai
rerata variabel kedua.
b.
Hipotesis Alternatif,
disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan tidak untuk
langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau
menerima hipotesis nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif
merupakan konsekuensi dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil. Pada
akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan membawa kepada penerimaan
hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan terhadap hipotesis nihil akan
meniadakan hipotesis alternatif. Dengan demikian simbol Ha berarti
hipotesis alternatif, yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara
operasional.
Contoh :
1)
Rumusan Masalah : “Adakah
hubungan yang positif dan signifikan antara body image dengan
kepercayaan diri remaja?”
2)
Hipotesis penelitian : “
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara body image dengan
kepercayaan diri remaja”.
3)
Hipotesis statistik :
HO: p =
0, 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : p ≠
0 , tidak sama dengan nol, berarti lebih besar atau kurang sari nol, artinya
ada hubungan
p = nilai
korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
H0 disebut hipotesis nol/null hypothesis, karena tanda ‘= 0’
(baca: sama dengan nol) harus diletakkan pada H0. Dengan me-reject H0, maka peneliti
akan menerima Ha, artinya: Ada hubungan/pengaruh. Jika peneliti menerima H0,
besarnya pengaruh/hubungan akan sama dengan nol. Tujuan dari uji hipotesis adalah
menerima Ha. Untuk mengurangi kesalahan, peneliti bisa memulai membuat
hipotesis statistik dari Ha dulu, lalu hal-hal yang belum tercantum di Ha bisa
dimasukan menjadi H0. Sebagai contoh, jika di Ha peneliti memasukkan
tanda ≠, maka di H0 peneliti harus memasukkan =. Jika di Ha peneliti
memasukkan tanda >, maka di Ho peneliti harus memasukkan hal-hal yang belum
dijelaskan di Ha, yaitu < dan =.
Hasil uji hipotesis pada
analisis statistik akan selalu pada dua kemungkinan, yaitu menolak atau menerima.
Apabila ternyata
penelitian berdasarkan sampel ini, dalam batas-batas tertentu, memperlihatkan
adanya kesesuaian dengan hipotesis, maka akan dikatakan hipotesis nol
diterima. Ini berarti hipotesis nol
telah dibenarkan. Apabila penelitian
itu, dalam batas-batas tertentu tidak memperlihatkan kesesuaian dengan
hipotesis nol, maka dikatakan bahwa hipotesis nol ditolak. Dengan ini diartikan bahwa antara hasil
penelitian dan hipotesis nol masih terdapat perbedaan yang berarti.
Hipotesis yang bertentangan
dengan hipotesis nol dinamakan hipotesis alternatif atau disingkat saja dengan alternatif dan
dilambangkan dengan Ha. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan itu apabila menerima hipotesis nol tentunya
mengakibatkan menolak alternatif dan menerima alternatif sama dengan menolak
hipotesis nol.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada
Press.
Sugiyono. 2010. Statistika
untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto.
2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Post a Comment