Thursday, October 10, 2019

FILSAFAT - SISTEMATIKA FILSAFAT

SISTEMATIKA FILSAFAT 

Permasalahan yang dibahas dalam filsafat adalah materi (subject matter)-----disebut juga sistimatika—karena disusun menurut susunan tertentu. Sistimatika fisafat memuat permasalahan sehingga disebut problematika filsafat.
Sistimatika filsafat dibuat berdasarkan bermacam-macam katagori:
1.     Plato (427-348SM), filsafat terdiri dari:
a.      dialektika---ialah bagian filsafat yang mempersoalkan gagasan-gagasan dan pengertian umum
b.     fisika---ialah bagian filsafat yang mempersoalkan dunia material
c.      etika----bagian yang mempersoalkan perilaku baik manusia.

2.     Aristotales (382-322 SM), seorang murid Plato, membagi filsafat lebih rinci:
a.  Logika---bagian filsafat yang mempersoalkan bentuk susunan atau cara menyusun pikiran
b.  Filsafat Teoritis—memperbincangkan adanya dan keadaan sesuatu yang meliputi hal-hal   berikut:1) fisika,2)matematika, 3) metafisika
     c.  Filsafat praktis---mempersoalkan perbuatan –khususnya masalah kesusilaan,   
          terdiri :1)   Etika,2)ekonomia,3)politika
  d.  Filsafat poetika/estitika—mempersoalkan produk,tindakan dan keindahan

3.     Dalam ensiklopedi Belanda (dalam Bakry), filsafat terbagi :
a.      metafisika
b.     logika
c.      filsafat mengenal
d.     filsafat pengetahuan
e.      filsafat alam
f.       filsafat kebudayaan,
g.     etika
h.     estetika
i.       antropologi

4.     Menurut langeveld (195() sistimatika filsafat yang dinilai cukup lengkap, yakni terdiri atas tiga hal utama, yaitu :
1)    masalah  tahu, mengetahui, dan pengetahuan (cognito)
2)    metafisika, baik metafisika umum (ontologi)maupun metafisika khusus, dan
3)    nilai serta penilaian (aksiologi).





A.   masalah tahu, mengetahui dan pengetahuan(cognitio)
Masalah “tahu” atau mengetahui sesuatu hal ---didalamnya terlibat masalah berfikir dan mengalami, serta kebenaran pengetahuan dan kebenaran apa yang diketahui.
Inti kegiatan mengetahui atau tahu adalah---adanya pemikiran mengenai hal tersebut----tanpa berfikir tentang sesuatu, tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu.
Pendapat lain -----bahwa mengetahui atau tahu---adalah berintikan pada sesuatu yang pernah dialami.
Hakekat tahu menyangkut masalah kebenaran karena mengetahui sesuatu secara tidak benar disebut sebagai---tidak mengetahui.
Mengetahui sesuatu (tahu)----didalamnya terdapat pengetahuan yang benar dan apa yang tidak benar, termasuk mempertanyakan arti atau maksud kebenaran itu sendiri. Berasal dari manakah pengetahuan itu? Apakah dasarnya? Lantas, adakah batas kebenaran  pengetahuan itu? Adakah kebenaran yang mutlak, ataukah kebenaran itu semata-mata relatif?-----oleh karena itu dalam masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan terdapat pula Logika---yang mengatur kelurusan berfikir, serta epistemologi yang mengatur hal kebenaran.

1.Logika.
secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang berarti “kata” atau “pikiran”---dalam pengertian dasarnya disebut dengan ilmu berkata-kata atau ilmu berfikir benar, bukan tepat melainkan benar.
logika----memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan.
Tepat---belum tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat. Logika tidak mempersoalkan kebeneran sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berfikir menyangkut pengetahuan.---jadi logika memprasyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya.------harus mampu bedakan ketepatan susunan berfikir dengan cara berfikir.apabila ketepatan susunan berfikir merupakan bidang logika dan bagian dari filsafat, maka cara berfikir menjadi bahan kajian pikologi (kognitif)

Contoh: “saya berangkat  bersama teman ke tempat rekreasi”------memenuhi persyaratan logika---karena susunan berfikirnya tepat, boleh jadi juga benar----karena ternyata benar berangkat ke jakarta, secara epistemologis boleh jadi benar.
Bagaimana dengan  kalimat berikut “bulan didiami manusia----logika, kuda berkaki tujuh (susunan berfikirnya benar..?Patut dipertanyakan karena harus diuji dengan pengamatan di lapangan.

Logika dibedakan dalam kedalamanya:
2)    logika sederhana ---yakni bersifat alami (logika naturalis(natural logics)—berdasarkan kodrat atau fitrahnya saja, misalnya untuk membedakan makan dan tidak makan, buah-buahan dapat dimakan atau tidak dapat dimakan,---dapat dibedakan dengan logika naturalis berdasarkan pengalaman. Cara membedakan dengan berdasarkan penelitian di lab. Sehingga dapat ditemukan unsur apa yang derada didalam tanaman sehingga dapat dimakan dan tanaman yang tidak dapat dimakan akan membutuhkan logika yang berbeda.
3)    Logika yang lebih kompleks—logika buatan, atau hasil pengembangan yang disebut dengan logika artifisial (artificial logics): selanjutnya logika dapat dibedakan menjadi lebih rinci:
a)     logika formal,--adalah wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berfikir----hal terpenting adalah masalah pengaturan atau aturannya, rumusan, atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan pikiran. Isi tidak dipermasalahkan demikian juga masalah penggunaanya. Contoh rumus matematika (a+b)2 = a2 +2ab + b2---rumusan ini menggambarkan logika, tetapi kita tidak pedulikan isinya, apakah a dan b itu.
b)    Logika material---adalah wacana atau argumentasi  mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berfikir terhadap bidang-bidang kegiatan berfikir tertentu---lebih banyak dikenal dengan teori metodologi—yaitu cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.
---jadi logika lebih diarahkan pada ketetapatan dalam susunan berfikir---walalaupun menimbulkan pertanyaan ,mengenai kebenaran atas apa yang dipikirkan (“kuda berkaki tujuh”---adalah kalimat dengan susunan berfikir yang tepat.—sehingga dinilai logis—menurut logika kalimat tersebut merupakan kalimat yang tepat.—tetapi dilihat dari isinya  kalimat tersebut tidak benar----,setridaknya pada umumnya—berkaki empat.----benar dan salahnya suatu pernyataan  adalah bidang epistemologi.
Dalam perbincangan biasa, logika sering digunakan sebagai kata lain dari nalar atau argumen,
Dalam istilah baru, dikenal juga dengan jenis logika; yaitu logika induktif, logika deduktif dan logika dialektis.
Logika  deduktif---merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaaan suatu prinsip.  Sedangkan logika induktif merupakan hasil penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai kenyataan.
Penghertian logika deduktif fsn induktif merupakan wilayah kesimpul;an yang sangat penting dalam penggunaan logika. Pengertian induktif, adalah mencari prinsip umum berdasarkan kenyataan-kenyataan yang berkembang atau menyatakan kemungkinan terbesar, sedangkan deduktif adalah penurunan hal umum untuk hal yang khusus, atau pernyataan yang bersifat niscaya, nesesitas, atau pasti.

Tugas : Buat logika induktif dan deduktif ...minggu depan. (individu)

2. epsitemologi.---mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pernyataan tentang kebenaran diperlukan susunan yang tepat (logis).----jadi kebenaran pengetahuan disebut memenuhi syarat-sayarat espitemologi karena juga terdapat susunannya. ----logis menjadi prasayarat dari epistemologi. Dalam epsitemologi akan diperbincangkan mengenai dasar, batas dan objek pengetahuan..

B.    Segala sesuatu yang ada (metafisika)---sarwa sekalian alam
Filsafat mempersoalkan pula hakekat kenyataan---segala sesuatu yang ada dibicarakan oleh filsafat—disebut metafisika, dalam hal ini terdapat dua bagian, yaitu:
1.     metafisika umum atau ontologi—mempersoalkan hakikat “ada” being)
2.     metafisika khusus mempersoalkan hakikat “yang ada”
1.     metafisika umum (ontologi)----mengapa “ada” dipersoalkan?---dalam kenyataannya kata”ada” mengandung masalah: 
-john “ada” di ruang
-pikiran john “ada” di mana-mana
    jadi ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada.
–hal ini beda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada.
2.  metafisika khusus : dibedakan dalam :
a)     kosmologi ---bagian filsafat yang mempersoalkan hakikat alam semesta termasuk segala sisinya, kecuali manusia.
b)    Antropologi---adalah bagian metafisika khusus yang mempesoalkan hakekat manusia.
c)     T0eologi atau theodecea—adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakekat tuhan( kebaikan, kesucian, kebenaran,keadilan, dan sifat baik lainnya)
C.   aksiologi---bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian. Dalam penilaian terdapat dua bidang yang paling populer saat ini---yaitu yang bersangkutan dengan tingkah laku dan keadaan/tampilan fisik----maka dikenal dengan etika dan estetika.
1.     etika---mempersoalkan penilaian atas perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat. Jahat adalah perbuatan yang akan merendahkan atau merusak kualitas kehidupan orang lain. Etika berasal dari bahasa Yunani (ethos—artinya kebiasaan) maksudnya, hampir tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik atau buruk (maka istilahnya adalah etika baik dan etika jahat)
2.     Estetika----mempersoalkan penilaian dari sudut indah dan jelek. Disebut juga filsafat mengenai apa yang membuat rasa senang, kajian mengenai keindaha, teori tentang cita rasa.
          
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.