SISTEMATIKA FILSAFAT
Permasalahan yang dibahas dalam filsafat adalah materi
(subject matter)-----disebut juga sistimatika—karena disusun menurut susunan
tertentu. Sistimatika fisafat memuat permasalahan sehingga disebut problematika
filsafat.
Sistimatika filsafat dibuat berdasarkan bermacam-macam
katagori:
1. Plato
(427-348SM), filsafat terdiri dari:
a. dialektika---ialah
bagian filsafat yang mempersoalkan gagasan-gagasan dan pengertian umum
b. fisika---ialah
bagian filsafat yang mempersoalkan dunia material
c. etika----bagian
yang mempersoalkan perilaku baik manusia.
2. Aristotales
(382-322 SM), seorang murid Plato, membagi filsafat lebih rinci:
a. Logika---bagian filsafat yang mempersoalkan
bentuk susunan atau cara menyusun pikiran
b. Filsafat Teoritis—memperbincangkan adanya dan
keadaan sesuatu yang meliputi hal-hal berikut:1)
fisika,2)matematika, 3) metafisika
c. Filsafat praktis---mempersoalkan perbuatan
–khususnya masalah kesusilaan,
terdiri
:1) Etika,2)ekonomia,3)politika
d.
Filsafat poetika/estitika—mempersoalkan
produk,tindakan dan keindahan
3. Dalam ensiklopedi
Belanda (dalam Bakry), filsafat terbagi :
a. metafisika
b. logika
c. filsafat
mengenal
d. filsafat
pengetahuan
e. filsafat alam
f. filsafat
kebudayaan,
g. etika
h. estetika
i. antropologi
4. Menurut
langeveld (195() sistimatika filsafat yang dinilai cukup lengkap, yakni terdiri
atas tiga hal utama, yaitu :
1) masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan (cognito)
2) metafisika,
baik metafisika umum (ontologi)maupun metafisika khusus, dan
3) nilai serta
penilaian (aksiologi).
A.
masalah tahu, mengetahui dan
pengetahuan(cognitio)
Masalah “tahu” atau mengetahui sesuatu hal
---didalamnya terlibat masalah berfikir dan mengalami, serta kebenaran
pengetahuan dan kebenaran apa yang diketahui.
Inti kegiatan mengetahui atau tahu
adalah---adanya pemikiran mengenai hal tersebut----tanpa berfikir tentang
sesuatu, tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu.
Pendapat lain -----bahwa mengetahui atau
tahu---adalah berintikan pada sesuatu yang pernah dialami.
Hakekat tahu menyangkut masalah kebenaran
karena mengetahui sesuatu secara tidak benar disebut sebagai---tidak
mengetahui.
Mengetahui sesuatu (tahu)----didalamnya terdapat
pengetahuan yang benar dan apa yang tidak benar, termasuk mempertanyakan arti
atau maksud kebenaran itu sendiri. Berasal dari manakah pengetahuan itu? Apakah
dasarnya? Lantas, adakah batas kebenaran
pengetahuan itu? Adakah kebenaran yang mutlak, ataukah kebenaran itu
semata-mata relatif?-----oleh karena itu dalam masalah tahu, mengetahui, dan
pengetahuan terdapat pula Logika---yang mengatur kelurusan berfikir, serta
epistemologi yang mengatur hal kebenaran.
1.Logika.
secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani, logos
yang berarti “kata” atau “pikiran”---dalam pengertian dasarnya disebut dengan
ilmu berkata-kata atau ilmu berfikir benar, bukan tepat melainkan benar.
logika----memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun
pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan.
Tepat---belum tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai
dasar yang tepat. Logika tidak mempersoalkan kebeneran sesuatu yang dipikirkan,
tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berfikir menyangkut
pengetahuan.---jadi logika memprasyaratkan kebenaran, bukan wacana
kebenarannya.------harus mampu bedakan ketepatan susunan berfikir dengan cara
berfikir.apabila ketepatan susunan berfikir merupakan bidang logika dan bagian
dari filsafat, maka cara berfikir menjadi bahan kajian pikologi (kognitif)
Contoh: “saya berangkat
bersama teman ke tempat rekreasi”------memenuhi persyaratan
logika---karena susunan berfikirnya tepat, boleh jadi juga benar----karena
ternyata benar berangkat ke jakarta, secara epistemologis boleh jadi benar.
Bagaimana dengan
kalimat berikut “bulan didiami manusia----logika, kuda berkaki tujuh
(susunan berfikirnya benar..?Patut dipertanyakan karena harus diuji dengan
pengamatan di lapangan.
Logika dibedakan dalam kedalamanya:
2) logika
sederhana ---yakni bersifat alami (logika naturalis(natural logics)—berdasarkan
kodrat atau fitrahnya saja, misalnya untuk membedakan makan dan tidak makan,
buah-buahan dapat dimakan atau tidak dapat dimakan,---dapat dibedakan dengan
logika naturalis berdasarkan pengalaman. Cara membedakan dengan berdasarkan
penelitian di lab. Sehingga dapat ditemukan unsur apa yang derada didalam
tanaman sehingga dapat dimakan dan tanaman yang tidak dapat dimakan akan
membutuhkan logika yang berbeda.
3) Logika yang
lebih kompleks—logika buatan, atau hasil pengembangan yang disebut dengan
logika artifisial (artificial logics): selanjutnya logika dapat dibedakan
menjadi lebih rinci:
a) logika
formal,--adalah wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum
ketepatan susunan berfikir----hal terpenting adalah masalah pengaturan atau
aturannya, rumusan, atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan pikiran. Isi tidak
dipermasalahkan demikian juga masalah penggunaanya. Contoh rumus matematika
(a+b)2 = a2 +2ab + b2---rumusan ini
menggambarkan logika, tetapi kita tidak pedulikan isinya, apakah a dan b itu.
b) Logika
material---adalah wacana atau argumentasi
mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berfikir terhadap bidang-bidang
kegiatan berfikir tertentu---lebih banyak dikenal dengan teori metodologi—yaitu
cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.
---jadi logika lebih diarahkan pada
ketetapatan dalam susunan berfikir---walalaupun menimbulkan pertanyaan
,mengenai kebenaran atas apa yang dipikirkan (“kuda berkaki tujuh”---adalah
kalimat dengan susunan berfikir yang tepat.—sehingga dinilai logis—menurut
logika kalimat tersebut merupakan kalimat yang tepat.—tetapi dilihat dari
isinya kalimat tersebut tidak benar----,setridaknya
pada umumnya—berkaki empat.----benar dan salahnya suatu pernyataan adalah bidang epistemologi.
Dalam perbincangan biasa, logika sering
digunakan sebagai kata lain dari nalar atau argumen,
Dalam istilah baru, dikenal juga dengan jenis
logika; yaitu logika induktif, logika deduktif dan logika dialektis.
Logika
deduktif---merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai
prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaaan suatu prinsip. Sedangkan logika induktif merupakan hasil
penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai
kenyataan.
Penghertian logika deduktif fsn induktif
merupakan wilayah kesimpul;an yang sangat penting dalam penggunaan logika.
Pengertian induktif, adalah mencari prinsip umum berdasarkan
kenyataan-kenyataan yang berkembang atau menyatakan kemungkinan terbesar,
sedangkan deduktif adalah penurunan hal umum untuk hal yang khusus, atau
pernyataan yang bersifat niscaya, nesesitas, atau pasti.
Tugas : Buat logika induktif dan deduktif
...minggu depan. (individu)
2. epsitemologi.---mempersoalkan kebenaran pengetahuan.
Pernyataan tentang kebenaran diperlukan susunan yang tepat (logis).----jadi
kebenaran pengetahuan disebut memenuhi syarat-sayarat espitemologi karena juga
terdapat susunannya. ----logis menjadi prasayarat dari epistemologi. Dalam
epsitemologi akan diperbincangkan mengenai dasar, batas dan objek pengetahuan..
B.
Segala sesuatu yang ada (metafisika)---sarwa
sekalian alam
Filsafat mempersoalkan pula hakekat
kenyataan---segala sesuatu yang ada dibicarakan oleh filsafat—disebut
metafisika, dalam hal ini terdapat dua bagian, yaitu:
1. metafisika
umum atau ontologi—mempersoalkan hakikat “ada” being)
2. metafisika
khusus mempersoalkan hakikat “yang ada”
1. metafisika
umum (ontologi)----mengapa “ada” dipersoalkan?---dalam kenyataannya kata”ada”
mengandung masalah:
-john “ada” di ruang
-pikiran john “ada” di mana-mana
jadi
ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada.
–hal ini beda dengan metafisika khusus
yang mempersoalkan hakikat yang ada.
2. metafisika khusus
: dibedakan dalam :
a) kosmologi
---bagian filsafat yang mempersoalkan hakikat alam semesta termasuk segala
sisinya, kecuali manusia.
b) Antropologi---adalah
bagian metafisika khusus yang mempesoalkan hakekat manusia.
c) T0eologi atau
theodecea—adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakekat tuhan(
kebaikan, kesucian, kebenaran,keadilan, dan sifat baik lainnya)
C.
aksiologi---bagian filsafat yang
mempersoalkan penilaian. Dalam penilaian terdapat dua bidang yang paling populer
saat ini---yaitu yang bersangkutan dengan tingkah laku dan keadaan/tampilan
fisik----maka dikenal dengan etika dan estetika.
1. etika---mempersoalkan
penilaian atas perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat. Jahat adalah
perbuatan yang akan merendahkan atau merusak kualitas kehidupan orang lain.
Etika berasal dari bahasa Yunani (ethos—artinya kebiasaan) maksudnya, hampir
tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik atau buruk (maka istilahnya
adalah etika baik dan etika jahat)
2. Estetika----mempersoalkan
penilaian dari sudut indah dan jelek. Disebut juga filsafat mengenai apa yang
membuat rasa senang, kajian mengenai keindaha, teori tentang cita rasa.
0 komentar:
Post a Comment